Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan pendapatan data per MB atau yield data di industri telekomunikasi tidak menandakan industri telekomunikasi sedang tertekan atau merugi.
Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih mengatakan penurunan yield data yang terjadi di perseroan tidak berdampak pada kerugian. Dia menuturkan, penurunan yield terjadi karena dampak perilaku pelanggan yang pindah dari teknologi 2G dan3G ke 4G.
Teknologi generasi ke-4 membuat pemakaian data oleh pelanggan lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian teknologi 2G dan 3G.
“Secara keseluruhan tidak menyebabkan rugi karena biaya layanan (cost to serve) 4G lebih rendah dibandingkan dengan biaya layanan 2G/3G meski secara yield lebih rendah,” kata Ayu kepada Bisnis, Rabu (22/5/2019).
Di samping itu, Ayu juga menampik bahwa penurunan yield pertanda operator jual rugi. Dia mengatakan hal tersebut bisa dilihat dari margin EBITDA yang tetap tumbuh walaupun ada penurunan yield. Lebih lanjut, agar yield tetap bertahan di posisinya atau tumbuh, Ayu mengatakan perseroan melakukan penyesuaian tarif agar tarif data lebih kompetitif termasuk pengurangan bonus.
“Penyesuaian tarif dengan tetap mengedepankan keterjangkauan daya beli pelanggan atau masyarakat,” kata Ayu.
Sebelumnya, berdasarkan laporan Deutsche Bank disebutkan bahwa terjadi penurunan pendapatan data per MB atau yield data dalam 3 tahun terakhir.
Tercatat, pada kuartal IV/2015, yield data setiap operator di kisaran Rp44/MB sampai Rp36/MB. Angka tersebut turun drastis pada kuartal IV/2018 menjadi kisaran Rp10,5/MB sampai Rp5,2/MB. Angka tersebut diperoleh dari total pendapatan data dibagi dengan total pelanggan operator seluler.