Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Renat Sofie Andriani
Senin, 29 Januari 2018 | 09:21 WIB
Marissa Mayer/reuters
Marissa Mayer/reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Semua pihak berekspektasi tinggi saat Marissa Mayer digaet sebagai CEO Yahoo pada 2012. Banyak yang berharap lulusan terbaik Stanford University ini akan mampu mengangkat kembali performa sekaligus pamor raksasa internet tersebut.

Namun lima tahun kemudian, justru performa Marissa di Yahoo harus terseret perlambatan pertumbuhan dan perbedaan pendapat internal di dalam perusahaan. Hal ini menyebabkan jatuhnya spirit karyawan dan seruan untuk pengunduran dirinya.

Ditambah lagi, di bawah kendalinya, Yahoo mengalami pelanggaran keamanan besar secara historis yang membuat jutaan pelanggannya terdampak risiko.

Dilansir Business Insider, Marissa pun hengkang dari Yahoo setelah operator telekomunikasi nomor satu di Amerika Serikat (AS) Verizon Communication resmi mengakuisisi Yahoo dengan nilai US$4,48 miliar.

Akusisi tersebut menandakan akhir Yahoo sebagai sebuah perusahaan Internet yang berdiri sendiri. Yahoo kemudian bergabung dengan AOL menjadi sebuah perusahaan kongsi bernama Oath.

Adapun Marissa, yang pernah diisukan bakal CEO Uber selanjutnya pasca kepergian Travis Kalanick, masih belum menelurkan cerita karir baru. Berikut perjalanan epik Marissa Mayer mulai menjadi salah satu pemain papan atas Silicon Valley.

Favorit Para Guru

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

 

Marissa Ann Mayer lahir pada 30 Mei 1975 di kota kecil Wisconsin, Amerika Serikat (AS), bernama Wausau. Ia memiliki adik yang terpaut empat tahun bernama Mason.

Ayahnya, Michael Mayer, adalah seorang insinyur lingkungan hidup yang bekerja untuk perusahaan air. Sang ibu, Margaret Mayer, adalah seorang guru seni yang memiliki darah Finlandia.

Sejak kecil, Marissa telah memperlihatkan bakat pada matematika dan sains. Ia pun menjadi favorit di kalangan para gurunya.

Meski memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, oleh teman-temannya ia dianggap tidak begitu terbuka. Bahkan, Marissa pernah menggambarkan dirinya sangat pemalu saat kecil.

Sesi pelajaran balet, ice skating, menghias kue, dan kompetisi tim debat adalah beberapa kegiatan yang mengisi masa kecilnya. “Saya selalu menyukai memanggang kue. Mungkin karena saya sangat ilmiah. Koki terbaik adalah ahli kimia,” ujarnya di kemudian hari, seperti dikutip ThoughtCo.

Saat bersekolah di Wausau West High, Marissa bekerja pada sebuah toko kelontong lokal, di mana dia sering menghafalkan kode nomor untuk jenis barang guna memperlancar proses checkout.

Kecemerlangannya hingga bangku sekolah menengah jadi tiket emas Marissa ke jenjang perguruan tinggi. Ia diterima di 10 perguruan tinggi bergengsi yang ia daftarkan, termasuk Harvard, Yale, dan Stanford. Ia kemudian memilih masuk Stanford dengan harapan akan menjadi dokter.

Namun perspektif hidupnya berubah saat ia mengikuti kelas pengantar ilmu komputer yang disebut CS105. Pengalaman ini membawanya masuk jurusan sistem simbolis, jurusan yang juga digeluti oleh Reid Hoffman dari LinkedIn, Scott Forstall dari Apple, dan Mike Krieger dari Instagram.

Memilih Google

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Banyak yang berpendapat kehidupan sosial Marissa tidak begitu menarik saat di perguruan tinggi. Meski demikian, pada saat lulus, ia sudah memiliki 12 tawaran pekerjaan yang mengantre. Tawaran terakhir datang dari Google, startup kecil yang baru memiliki 19 karyawan pada masa itu.

Awalnya ia berencana untuk mengambil tawaran di perusahaan konsultan manajemen McKinsey. Terlebih lagi, menurut analisisnya saat itu, Google hanya memiliki 2% kemungkinan bertahan.

Namun etos kerja karyawan Google pada masa itu memikatnya. Ia berpikir akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan pelajaran di sana. Marissa pun menerima penawaran Google dan bekerja di sana selama 13 tahun berikutnya.

Karir Melejit

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Ternyata, ia sangat menyukai bekerja di Google. Selama dua tahun pertama, dia bersedia bekerja 100 jam seminggu secara teratur. Dia juga mampu membagi waktu mengajar di Stanford selama beberapa tahun pertama di Google.

Dengan cepat, ia naik jenjang. Diawali sebagai anggota paruh waktu tim user interface, ia naik menjadi manajer produk. Pada 2003, ialah yang bertanggung jawab atas produk konsumen Google, termasuk pencarian intinya.

Pada 2005, Marissa menjabat sebagai VP produk pencarian dan pengalaman pengguna. Pada saat itu, dia sudah menetapkan agenda untuk pertemuan produk. Menurut Steven Levy, penulis buku tentang Google, Marissa menjadi bagian dari sekelompok kecil eksekutif papan atas yang disebut 'secret cabal'.

Dia mampu menghadapi pers dengan baik dan kalangan media mencintainya. Sempat ada rumor tentang Google yang menjalankan tim PR terpisah hanya untuk Marissa. Meski isu ini tidak benar, Google memang memiliki sekelompok orang PR yang dikhususkan untuk mempromosikan karirnya.

Menikah dan Berkeluarga

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Marissa kemudian mengambil langkah cermat dengan mendorong citranya di depan publik. Dia membeli penthouse suite senilai US$5 juta di Four Seasons, San Francisco, dan satu rumah yang berdekatan dengan kampus Mountain View Google.

Gayanya berbusana ditingkatkan. Ia kerap terlihat menghadiri event-event bergengsi dengan mengenakan gaun rancangan Oscar de la Renta.

Marissa dikabarkan sempat berkencan dengan co-founder Google Larry Page selama beberapa tahun. Hubungan keduanya digambarkan dilakukan sangat hati-hati dan terkesan diam-diam. Tak satupun dari mereka yang menunjukkan kemesraan di dalam kantor.

Bukan Larry Page, tapi seorang pengacara dan investor bernama Zachary Bogue yang mampu menarik Marissa ke ikatan pernikahan pada 12 Desember 2009. Pernikahan keduanya membuahkan seorang anak lelaki pada 2012 dan kembar perempuan pada 2015.

Fashionista dengan Detail

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Dikenal sebagai fashionista dengan perhatian pada desain, Marissa mendapat kredit untuk memberi tampilan dan nuansa unik yang turut mengkarakterisasi Google. Sebagai contoh, dia bertanggung jawab untuk menyetujui setiap 'doodle' yang muncul di beranda Google.

Perhatian obsesifnya terhadap detail dan gaya manajemen berbasis data ternyata tidak begitu disukai sejumlah orang di Google.

Pada Maret 2009, designer visual andalan Google saat itu, Doug Bowman, memutuskan berhenti dengan mengatakan, “Saya sudah bosan memperdebatkan keputusan desain yang sangat kecil. Ada masalah desain yang lebih menarik di dunia ini untuk ditangani.”

Keresahan terus tumbuh secara internal. Salah satu karyawan berpengaruh di Google yang tidak akur dengan Marissa adalah Amit Singhal, pria di balik algoritma yang memberi kekuatan pada mesin pencari. Dia langsung menemui Larry Page dan memintanya untuk mengeluarkan Marissa dari tim pencari.

Marissa akhirnya pindah ke tim yang mengelola Google Maps dan produk-produk lokal. Saat itu, dia masih merupakan salah satu eksekutif perusahaan.

Namun beberapa orang melihatnya mengalami 'penurunan pangkat', karena tidak lagi bertanggung jawab atas produk Google yang paling penting yakni mesin pencari.

Dipinang Yahoo

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Pada 2011, perjalanan Marissa yang hebat di Google sepertinya akan segera berakhir. Tapi peluang besar baru datang kepadanya. Dewan direksi Yahoo menginginkannya menjadi CEO baru Yahoo.

Sejumlah tokoh yang sempat digadang-gadang menjadi CEO Yahoo adalah Nikesh Arora, chief business officer Google, dan Eddy Cue, senior vice president untuk perangkat lunak dan layanan internet di Apple pada masa itu.

Beberapa pihak sebenarnya memiliki keraguan untuk menggaet Marissa sebagai CEO baru Yahoo. Ia dianggap tidak memiliki banyak pengalaman untuk mengelola keuangan bisnis. Dia lebih identik berkutat dengan produk daripada operasional. Bagaimanapun, dewan direksi dengan suara bulat memilihnya sebagai CEO Yahoo berikutnya.

Karirnya di Yahoo dimulai pada Juli 2012. Penempatannya sebagai CEO baru Yahoo mendorong ekspektasi banyak pihak. Poster yang menampilkan dirinya dipasang dengan gaya poster 'Hope' seperti yang digunakan Presiden AS Barack Obama.

Dilansir Biography, Marissa menjadi CEO kelima yang dipekerjakan oleh Yahoo dalam lima tahun. Ia juga pernah tercatat satu dari hanya 20 wanita yang menjalankan perusahaan masuk dalam daftar Fortune 500.

Pada September 2013, Marissa didapuk menduduki peringkat satu oleh majalah Fortune dalam daftar pemimpin bisnis '40 Under 40' tahunannya.

Perjuangan Sang Ratu

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Dengan cepat Marissa merombak manajemen Yahoo yang sudah ada dan menempatkan orang-orang kepercayaannya sendiri. Selama tahun pertama kepemimpinannya, saham Yahoo naik dari US$15,74 ke kisaran US$28 per saham pada Agustus 2013.

Namun perlu diingat, sebagian dari keberhasilan Yahoo saat itu dikarenakan performa Alibaba yang memiliki sebagian kepemilikan di Yahoo.

Sebelum Alibaba go public pada 2014, Marissa berada di posisi yang aman karena saham Yahoo adalah satu dari hanya sedikit cara berinvestasi pada raksasa e-commerce asal China tersebut.

Setelah Alibaba go public, Marissa dan perusahaan tersebut berencana untuk menjual saham Yahoo yang tersisa, dan berharap untuk menghindari membayar pajak atas penjualan tersebut.

Meski begitu, Marissa mendapat kredit untuk secara drastis memperbaiki beberapa desain produk dan traffic Yahoo ke aplikasi intinya. Beberapa orang mengatakan bahwa Marissa melakukan perubahan pada budaya internal di Yahoo dan membawa antusiasme kembali.

Di atas segalanya, pendapatan bisnis inti Yahoo tetap sulit meningkat. Kondisi ini serta merta mempertaruhkan posisi Marissa secara langsung.

Pada September 2015, penanam modal di Yahoo dihantui kecemasan ketika IRS menolak memutuskan permintaan Yahoo terkait penjualan Alibaba akan bebas pajak. Hal ini memang tidak berarti Yahoo harus membayar pajak. Akan tetapi, ketidakpastian membuncah dan saham Yahoo turun 4%.

Sementara itu, Marissa harus kehilangan beberapa figur pentingnya, seperti CMO Kathy Savitt dan CDO Jackie Reses. Beberapa pihak juga mempertanyakan strategi akuisisinya, dimana dia menghabiskan sekitar US$3 miliar untuk membeli startup seperti Tumblr dan Polyvore. Langkahnya ini dinilai tidak menghasilkan pertumbuhan yang berarti.

Seorang hedge fund manager, Eric Jackson, menyusun slide setebal 99 halaman yang menjelaskan mengapa Yahoo membutuhkan manajemen baru. Dia menyarankan untuk secara dramatis memangkas kapasitas perusahaan serta melepaskan bisnis seperti pencarian.

Beberapa bulan kemudian, investor Yahoo yakni Starboard mengirimkan sebuah surat yang menuntut perubahan signifikan atas manajemen, dewan direksi, dan strategi dalam Yahoo.

Akuisisi Yahoo

Marissa Mayer, Jatuh Bangun Mantan Ratu Yahoo

Awal 2016 menjadi masa yang dipenuhi rumor dan spekulasi atas akuisisi Yahoo. Sejumlah perusahaan, mulai dari Comcast hingga AT&T, diisukan akan membeli Yahoo. Akhirnya pada Juli 2016, diumumkan bahwa Verizon akan membeli Yahoo dengan nilai US$4,83 miliar.

Kesepakatan itu mencakup bisnis inti Yahoo, yang akan digabungkan dengan AOL milik Verizon menjadi entitas baru yang disebut 'Oath'. Meski demikian, Verizon tidak mendapatkan saham Yahoo di Alibaba atau Yahoo Japan.

Pada kuartal terakhir 2016, Yahoo mengungkapkan dua pelanggaran keamanan besar-besaran yang mempertaruhkan 500 juta dan 1 miliar akun pengguna.

Sempat timbul kekhawatiran kejadian ini bisa menyebabkan Verizon menarik diri dari kesepakatan itu. Pada akhirnya, harga kesepakatan diturunkan sebesar US$350 juta menjadi US$4,48 miliar.

Akibat aksi korporasi itu, Marissa harus meletakkan jabatannya sebagai CEO Yahoo yang telah diembannya selama lima tahun.

Kesepakatan itu selesai, Marissa mengumumkan pengunduran dirinya pada 13 Juni 2017. Era Marissa Mayer di Yahoo sudah berakhir, naik turunnya karir wanita cantik ini lengkap sudah, atau belum?

Seperti yang tersirat dalam sebuah wawancara pada 2008, dia memiliki pandangan optimistis atas apa yang terjadi di masa depan.

“Saya membantu membangun Google. Tapi saya tidak suka mengandalkan pencapaian saya. Saya rasa yang paling menarik adalah apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper