Bisnis.com, SYDNEY/SEOUL— Selama bertahun-tahun, pemimpin pasar ponsel pintar Samsung Electronics hanya menjadi penonton, sementara Apple giat mengembangkan layanan ‘ecosystem’ untuk mendukung produknya.
Namun, seiring dengan usaha keduanya untuk mengembangkan pasar mobile payment (transaksi keuangan melalui penggunaan telepon genggam), raksasa telekomunikasi asal Korea Selatan tersebut mulai melakukan perlawanan terhadap musuh bebuyutannya dari Amerika.
Bagi Apple, menawarkan layanan mobile payment bagi penggunanya untuk sekedar membeli kopi, cemilan, atau membayar tiket kereta menjadi sumber pendapatan baru sama seperti iTune music dan layanan hiburan yang dia sediakan. Di Amerika, bank yang bekerja sama dengan Apple mengenakan biaya untuk setiap transaksi sekitar 0.15%.
Samsung, yang kemudian membuntuti rivalnya dalam bidang perangkat lunak dan layanan, memutuskan untuk tidak menerapkan strategi laun untuk layanan mobile payment-nya
Samsung tidak berniat menjadikan layanan mobile payment sebagai sumber pendapatan baru. Sebaliknya, Samsung Pay dianggap sebagai mesin untuk meningkatkan penjualan ponsel pintar dan perangkat lainnya.
“Kami adalah perusahaan hardware (perangkat keras) dan pada akhirnya saya rasa kami hanya ingin agar orang-orang yang memegang dan mengunakan ponsel kami semakin menyukainya,” kata Ellie Kim, Global Vice President Samsung Pay seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/6/2016).
Tahun lalu, Apple Pay melayani transaksi Senilai total US$10.9 miliar dan kebanyakan transaksi itu dilakukan di Amerika Serikat.
Samsung mengatakan layanan pembayaran ponselnya telah memproses transaksi senilai lebih dari US$1 miliar di Korea Selatan sejak peluncurannya pada Agustus tahun lalu. Jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari transaksi kartu kredit yang mencapai lebih dari US$500 miliar tahun lalu.
Sebenarnya, tidak ada alasan bank-bank tidak bisa bekerja sama dengan kedua perusahaan tersebut karena produk yang mereka hasilkan bukan merupakan item eksklusif. Namun, teknik pendekatan oleh Samsung bisa membantu proses kerja sama engan bank menjadi lebih cepat.
“Apple menginginkan kontrol lebih dan proses negosiasinya lebih rumit. Samsung lebih felksibel, jadi berdasarkan perspektif bank, ada kemungkinan untuk mendapatkan syarat dan ketentuan yang lebih fleksibel.” ujar Christophe Uzureau, Wakil Presiden Digital Payment Strategi Gartner.
Kedua rival tersebut memiliki daftar partner yang panjang baik dari perusahaan perbankan dan kredit di Amerika Serikat. Keduanya juga memiliki banyak partner yang sama di Singapura.