PERUBAHAN IKLIM: Fenomena El Nino Ekstrem di Indonesia

k5
Sabtu, 3 Oktober 2015 | 18:14 WIB
Ilustrasi. Harus Diwaspadai. /bisnis.com
Ilustrasi. Harus Diwaspadai. /bisnis.com
Bagikan

3La Nina Menyusul?

Lalu sampai kapan El Nino kuat dan IOD positif ini akan berlangsung?

Menurut Ketua Tim Variabilitas Iklim PSTA LAPAN Erma Yulihastin, berdasarkan prediksi 17 model global, El Nino kuat dengan indeks lebih besar dari +2 akan terus berlangsung hingga Februari 2016. Puncak El Nino kuat ini akan terjadi pada November dan Desember 2015 dengan indeks mencapai +2,5.

Selain itu, terjadinya El Nino hingga Februari 2016 tersebut memiliki peluang lebih dari 95%, berdasarkan konsensus prediksi probabilitas ENSO yang dirilis oleh Climate Prediction Center/International Research Institute for Climate and Society (CPC/IRI).

Adapun IOD positif berdasarkan prediksi akan berlangsung hingga November 2015. “Dengan bergabungnya El Nino kuat dan IOD positif ini, diprediksi Indonesia akan mengalami kekeringan parah hingga November, bahkan hingga akhir 2015,” ujar Erma.

Meskipun demikian, berdasarkan prediksi model CCAM yang dijalankan oleh Lapan, pola angin monsun barat menunjukkan musim hujan mulai terbentuk secara stabil pada Desember 2015.

Berakhirnya musim kemarau yang diprediksi terjadi pada Desember ini diharapkan secara perlahan dapat meredam dampak kekeringan. “Meskipun curah hujan yang turun pada Desember 2015 tersebut diprediksi berada di bawah normal,” ujarnya.

Erma menambahkan hujan di bawah normal tersebut terjadi di selatan Indonesia terutama Pulau Jawa.”Di bagian utara di Sumatra sudah hujan. Sumatra lebih aman dibandingkan dengan Jawa dan Nusa Tenggara,” ungkapnya.

Erma menambahkan peluang hujan ini didapatkan dari kemungkinan gangguan yang terjadi di Indonesia seperti fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) atau Osilasi Madden Julian yang dapat memberikan suplai awan, seandainya terjadi di Samudra Hindia atau di Indonesia.

Sementara itu, Ketua PSTA Lapan Halimurrahman melihat kemarau panjang menjadi kekhawatiran bersama. “Biasanya setelah kemarau terkait El Nino, kemudian disusul La Nina, yaitu curah hujan yang cukup besar di wilayah Indonesia. Hal ini juga perlu diantisipasi,” tegasnya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Pemodelan Atmosfer Lapan Didi Satiadi menilai penanganan fenomena El Ninopada 2015 ini sudah lebih baik diantisipasi oleh pemerintah.”Untuk petani, misalnya Deptan sudah mengeluarkan beberapa rekomendasi agar tidak menanam padi tapi palawija dan sudah dipersiapkan persediaan air,” ujar Didi. (k5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : k5
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Sabtu (3/10/2015)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper