2Menggeser Pusat Konveksi
Peneliti PSTA Lapan Eddy Hermawan mengungkapkan fenomena El Nino kuat dan IOD positif yang terjadi secara bersamaan akan saling memperkuat dan menimbulkan dampak kekeringan parah di Indonesia.
“Kondisi tersebut sebagaimana yang sedang berlangsung saat ini di mana El Nino kuat dengan indeks +2,03 terjadi bersamaan dengan IOD positif dengan indeks +1,13,” ujar Eddy.
Menurut Eddy, El Nino kuat menunjukkan terjadinya anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang lebih hangat dari biasanya. Anomali menghangatnya suhu laut di Pasifik ini turut memengaruhi kondisi atmosfer di atasnya. Hal ini mengakibatkan pelemahan sirkulasi angin Walker yang dalam kondisi normal seharusnya bertiup dari Samudra Pasifik menuju Indonesia.
Dengan terjadinya El Nino kuat, sirkulasi Walker pun melemah karena kolam hangat (warm pool) yang seharusnya terbentuk di lautan Indonesia berpindah ke Pasifik. “Akibatnya, pembentukan awan dan hujan yang seharusnya terjadi di Indonesia pun berpindah ke Samudra Pasifik,” ujarnya.
Di sisi lain, IOD positif menunjukkan suhu permukaan laut di Samudra Hindia di dekat Afrika lebih hangat dibandingkan dengan suhu permukaan laut di Samudra Hindia dekat Sumatra. “Dampaknya, terbentuk tekanan rendah di dekat Afrika sehingga pusat konveksi pun berpindah dari Sumatra menuju Afrika,” jelasnya.
Eddy memaparkan baik El Nino maupun IOD, sama-sama berdampak pada kekeringan di Indonesia karena kedua fenomena tersebut telah menggeser pusat-pusat konveksi (konveksi-gerak udara yang mengandung uap air dengan arah vertikal) di Indonesia menuju Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dekat Afrika. “Penyebab menghangatnya atau mendinginnya suhu laut ini masih menjadi tantangan bagi para peneliti,” ujarnya.