Bisnis.com, JAKARTA—Penggelaran layanan long term evolution (LTE) frequency division duplex (FDD) sulit terealisasi dalam waktu dekat ini.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan roll out LTE sangat tergantung pada proses penataan spektrum 1.800MHz, 850MHz, migrasi PCS1900 ke 2,3GHz berikut penataannya. Semua penataan itu kemungkinan besar butuh waktu lebih dari 1 tahun karena implementasi perpindahaan PCS1900 sebelumnya ditenggat selesai 2 tahun.
“Estimasi optimistis LTE FDD pada pertengahan 2015,” ujar Menkominfo Tifatul Sembiring di Jakarta, Jumat (27/12/2013).
Dia mengatakan PCS1900 masih menyisakan masalah karena memicu interferensi dengan sejumlah blok di spektrum 2,1GHz. Menurutnya migrasi penyelengara jaringan di spektrum ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah interferensi yang telah terjadi sejak 2006.
Teknologi PCS1900 saat ini digunakan oleh Smart Telecom untuk menggelar layanan berbasis code division multiple access (CDMA). Spektrum 2,3GHz menjadi kandidat kuat rumah baru bagi perusahaan dengan produk bermerek Smartfren itu.
Tifatul mengatakan spektrum 2,3GHz saat ini sudah berlinsensi teknologi netral sehingga dapat digunakan untuk layanan LTE time division duplex (TDD). Meski begitu dia sudah meminta Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk mengkaji kemungkinan penggunaan frekuensi lain yang masih tersisa di spektrum ini.
“Untuk LTE TDD perkiraan antara akhir kuartal III/2014 sudah ada semua,” katanya.
Salah satu operator yang sudah menggelar LTE TDD di spektrum ini adalah Internux. Masih terisa frekuensi selebar 60MHz di spektrum ini yang dapat digunakan. Jika Smartfren akhirnya dipindah ke spektrum ini, maka kemungkinan mereka akan mendapat alokasi lebih besar ketimbang frekuensi di spektrum 1.900MHz yang mereka gunakan saat ini.
Tifatul menambahkan Kominfo juga akan memanggil operator CDMA terkait dengan kelanjutan teknologi yang mereka gunakan. Dia mengatakan telah terjadi perkembangan kurang sehat di industri CDMA yang beroperasi di spektrum 850MHz.
Dia mengaku Kominfo sudah meminta BRTI untuk mencari solusi atas kondisi tersebut. “Beberapa masukan yang sudah kami dapat seperti penggunaan teknologi netral, kerja sama operasi serta akuisi dan merger,” ujar Tifatul.
Meski begitu dia mengatakan Kominfo saat ini masih fokus pada penataan spektrum, termasuk penggelaran lelang pasca pengembalian frekuensi selebar 10MHz atas konsolidasi XL dengan Axis. Tifatul menegaskan konsolidasi kedua perusahaan tersebut memberi dampak positif bagi negara.
Tambahan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) atas penarikan frekuensi tersebut, katanya, mencapai Rp10 triliun dalam 10 tahun ke depan. Menurutnya selesainya konsolidasi tersebut juga akan mempercepat penggelaran LTE di spektrum 1.800MHz.
Sampai akhir tahun ini Kominfo berhasil mengumpulkan PNBP sebesar Rp13,5 triliun atau 110,9% dari target yang ditetapkan sebelumnya. PNBP terbesar dihasilkan dari Ditjen Sumber Daya dan Perangkat dan Pos Informatika (SDPPI). Penerimaan PNBP tahun ini lebih besar 17,3% dibandingkan tahun lalu.
Dirjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) M Budi Setiawan mengatakan pihaknya masih mematangkan kajian penataan semua spektrum yang ada. Dia menyebutkan terdapat sejumlah kendala yang dihadapi selama proses penataan nanti.