PASAR SMARTPHONE: Line Perkuat Mitra Lokal

Galih Kurniawan
Rabu, 29 Mei 2013 | 02:30 WIB
Bagikan

BISNIS.COM, JAKARTA -- Sejumlah lembaga riset menyebut perkembangan smartphone di Indonesia cukup pesat.

Menurut Gartner CAGR (commpound annual growth rate) smartphone di Indonesia dari 2011 hingga 2016 mencapai 24%, sedangkan GfK menyebut pada 2013 diperkirakan terjual 13 juta unit ponsel cerdas di Tanah Air.

Tak heran Indonesia pun menjadi “surga” bagi banyak aplikasi mobile tak terkecuali instant messaging (IM) macam Line, Kakao Talk, WeChat yang belakangan semakin masif memasarkan aplikasinya. Tak cuma jadi wahana “ngobrol alay” aplikasi itu pun dapat menjadi mesin pengeruk uang bagi pembuatnya.

“Jumlah unduhan berbagai aplikasi Line di Indonesia dalam 5 bulan sejak peluncuran sudah mencapai 23 juta. Nomor satu masih di Jepang. Tapi bagi kami Indonesia penting karena tumbuh cepat, sekarang masuk lima besar,” ujar General Manager of Global Line Business Line Plus Corp Simeon Cho di Jakarta, Selasa (28/5/2013).

Dia mengatakan adopsi ponsel cerdas yang cukup baik di Indonesia turut menjadi pemicu. Belum lagi penetrasi Internet yang tumbuh sejalan. Prediksi itu sejalan dengan pernyataan Presiden Qualcomm Asia Tenggara & Pasifik John Stefanac beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan kebutuhan masyarakat akan informasi dan komunikasi telah memacu pertumbuhan penetrasi smartphone. Menurutnya ke depan harga smartphone bakal semakin terjangkau.

Sebanyak 50% smartphone yang ada di Indonesia saat ini, kata dia, berharga di bawah US$150 per unit. Dia meyakini tren itu dipacu masifnya migrasi jaringan 2G ke 3G. Dia menyebutkan pasar featurephone 3G saat ini sudah habis lantaran pengguna beralih ke smartphone.

Meski pengguna IM di Indonesia semakin banyak Simeon mengatakan saat ini belum saatnya monetisasi dilakukan. Menurutnya pihaknya masih akan mengembangkan ekosistem dengan menambah pengguna loyal. “Mungkin tahun depan kami baru bisa menghasilkan uang di Indonesia,” ujarnya.

Dia berencana mengembangkan model B2C (business to consumer) maupun B2B (business to business) untuk memacu pendapatan. Dia menyebutkan sumber pendapatan Line saat ini kebanyakan berasal dari penjualan stiker dan game. Meski begitu Line juga membidik peluang dari pengguna korporat untuk memasarkan brand melalui akun ofisial. (bas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper