TEKNOLOGI LTE: Operator Masih Ragu Berinvestasi

Sutarno
Kamis, 14 Maret 2013 | 20:18 WIB
Bagikan

BISNIS.COM, JAKARTA—Sejumlah operator Tanah Air menyambut baik wacana kerja sama bisnis telekomunikasi. Meski belum ada kesepakatan, model bisnis yang kemungkinan akan dijalankan antara lain sharing resource dan kerja sama konten.

Presiden Direktur & CEO PT XL Axiata Hasnul Suhaimi mengatakan investasi yang dibutuhkan operator untuk pengembangan infrastruktur cukup besar, termasuk adopsi teknologi baru. Apalagi kini tuntutan adopsi teknologi long term evolution (LTE/4G) sebagai penerus 3G semakin besar. Namun adopsi LTE untuk memacu layanan data tak serta merta berdampak signifikan pada pendapatan operator.

“Belajar dari SK Telecom di Korea Selatan, mereka pertama di dunia luncurkan LTE. Namun mereka justru mengatakan peningkatan trafik tidak langsung meningkatkan pendapatan. Padahal mereka sudah investasi US$2,1 miliar,” ujarnya dalam seminar 4G:New Tech, New Services, New Needs di Jakarta hari ini, Kamis (14/3/2013).

Dia berharap melalui kerja sama itu diharapkan kendala investasi bisnis telekomunikasi di Indonesia dapat diatasi. Menurut dia kerja sama yang mungkin dilakukan antaroperator adalah di sisi konten dan active network. Operator dapat bekerja sama di sisi produk namun tetap bersaing di sisi harga dan promosi.

Hasnul mengatakan pasar layanan data wireless di Indonesia tumbuh pesat selama beberapa waktu terakhir. Indonesia bahkan tercatat memiliki jumlah pengguna mobile Internet terbesar di Asia Tenggara. Pertumbuhannya pada 2012 mencapai 158% dibanding 2011.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan pemerintah sudah menawarkan model bisnis semacam itu kepada operator CDMA. Dia menilai kerja sama semacam itu dapat membantu operator CDMA menekan capital expenditure.

“Sekarang bola ada di tangan operator. Apakah mau melakukan konsolidasi jaringan di frekuensi 850 Mhz, bandwith bisa dilebarkan,” kata dia.

Kerja sama MVNO dapat dilakukan di mana sebuah perusahaan tidak perlu memiliki infrastruktur dan jaringan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi. Mereka dapat bekerja sama dengan penyelenggara jaringan. Skema bisnis semacam itu marak dilakukan di Inggris.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Sutarno
Editor : Others
Sumber : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper