Laba Samsung Diprediksi Turun 39% Akibat Masalah Pasokan Chip

Redaksi
Senin, 7 Juli 2025 | 16:51 WIB
Samsung Electronics/samsung.com
Samsung Electronics/samsung.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi asal Korea Selatan, Samsung Electronics, diprediksi mengalami penurunan laba operasi sebesar 39% pada kuartal II/2025 akibat masalah pasokan chip.

Mereka diproyeksikan melaporkan laba operasi April-Juni sebesar US$4,62 miliar atau sekitar Rp75,09 triliun (kurs: Rp16.000), yang menjadikannya sebagai pendapatan terendah dalam enam kuartal terakhir.

Para analis juga melaporkan bahwa upaya Samsung mendapatkan sertifikasi Nvidia untuk chip HBM versi terbarunya berlangsung lambat.

“Pendapatan HBM kemungkinan tetap datar pada kuartal kedua, karena pembatasan penjualan di China masih berlaku dan Samsung belum mulai memasok chip HBM3E ke Nvidia.” Kata analis senior di NH Investment di NH Investment & Securities dilansir Reuters.

Di sisi lain, perusahaan pesaing Samsung seperti SK Hynix dan Micron, tengah mengalami perkembangan pesat setelah mendapatkan permintaan yang besar untuk chip memori yang dibutuhkan untuk AI.

Keuntungan Samsung telah berkurang disebabkan juga oleh ketergantungan mereka pada pasar Tiongkok, dan Amerika Serikat (AS) membatasi penjualan chip canggih ke negara tersebut.

Banyak bisnis utama Samsung, termasuk chip, smartphone, dan peralatan rumah tangga terus menghadapi ketidakpastian bisnis akibat kebijakan perdagangan AS termasuk usulan Presiden Donald Trump untuk tarif 25% pada smartphone buatan non-AS, serta batas waktu 9 Juli untuk tarif timbal balik terhadap banyak mitra dagangnya.

AS pun juga mempertimbangkan untuk melakukan pencabutan otorisasi yang diberikan kepada produsen chip global termasuk Samsung.

Pembatasan perdagangan oleh AS ini berpotensi pula menimbulkan risiko bagi perusahaan global lain yang tengah menghadapi tantangan serupa.

Meski begitu, dikutip dari Finimize, Samsung tetap memasok chip, dengan mengalihkan target perusahaannya ke AMD, dan juga tetap bersaing kuat dalam aspek penjualan smartphone.

Saham Samsung pun sebenarnya naik pada tahun ini sekitar 19%, tetapi masih tertinggal dari kenaikan indeks KOSPI sebesar 27,3%. 

Potensi pencabutan izin teknologi oleh AS akan semakin mengganggu operasi Samsung di China, maka dari itu, industri teknologi perlu menavigasi ketegangan geopolitik ini dengan bijak demi mencapai pertumbuhan berkelanjutan di masa depan yang didukung AI. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Redaksi
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper