Skype Tutup Setelah Dua Dekade Beroperasi

Lukman Nur Hakim
Selasa, 6 Mei 2025 | 09:30 WIB
Ilustrasi migrasi Skype ke Teams
Ilustrasi migrasi Skype ke Teams
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Skype, aplikasi panggilan video ternama resmi ditutup oleh Microsoft setelah dua dekade beroperasi.

Melansir Mashable, Selasa (6/5/2025) mulai 5 Mei 2025 aplikasi dengan ikon "S" biru yang dulu menghiasi layar komputer jutaan orang kini resmi pensiun.

Diluncurkan pada tahun 2003 dan diakuisisi oleh Microsoft pada 2011 dengan nilai fantastis US$8,5 miliar atau sekitar Rp140 triliun, Skype sempat menjadi raksasa di dunia komunikasi digital. 

Pada masa jayanya di awal 2010-an, Skype memiliki lebih dari 300 juta pengguna aktif dan menjadi sinonim dengan panggilan video, bahkan menjadi kata kerja “Skype me.”

Namun, dengan adanya persaingan dari aplikasi pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram, serta kebangkitan Zoom selama pandemi, perlahan mengikis dominasi Skype. 

Ironisnya, salah satu penyebab kejatuhan datang dari dalam rumah sendiri, Microsoft Teams. Alat kolaborasi tersebut tumbuh pesat dan secara bertahap mengambil alih fungsi inti Skype.

Microsoft sudah mengumumkan niat menutup Skype sejak Februari lalu, dan kini halaman utama Skype berubah menjadi batu nisan digital yang mengarahkan pengguna untuk "beralih ke Teams." 

Pengguna berbayar diberi waktu hingga Januari 2026 untuk mengekspor data mereka dan berpindah ke platform baru. Meski tak lagi relevan seperti dulu, Skype telah menorehkan sejarah penting. 

Skype adalah pionir yang membawa video call ke ruang tamu, kantor, dan bahkan ruang kelas setiap penggunanya.

Skype menyatukan keluarga jarak jauh, menghubungkan pekerja lintas negara, dan menjadi jembatan komunikasi global sebelum dunia mengenal Zoom.

Sebelumnya, Jeff Teper, Presiden Aplikasi dan Platform Kolaboratif Microsoft 365, mengatakan dalam wawancara dengan The Verge bahwa pengguna Skype akan diberi kendali penuh atas transisi ini. 

"Mereka dapat memigrasikan riwayat percakapan dan kontak mereka dan melanjutkan jika mereka mau, atau mereka dapat bermigrasi ke Teams," kata Teper. 

Pengguna Skype akan memiliki waktu sekitar dua bulan untuk memutuskan apakah mereka ingin beralih ke Teams atau mengekspor data mereka. 

Selama periode transisi ini, Microsoft akan mempertahankan interoperabilitas antara Skype dan Teams, sehingga pesan dari pengguna Teams tetap bisa diterima oleh mereka yang masih menggunakan Skype.

“Jika mereka ingin beralih ke Teams, maka langkah pertama akan berjalan cukup cepat karena kami telah melakukan pekerjaan di bagian belakang untuk memulihkan kontak, riwayat pesan, dan log panggilan mereka," kata Amit Fulay, wakil presiden produk di Microsoft.

Salah satu perubahan besar yang dibawa oleh penghentian Skype adalah hilangnya fitur panggilan ke nomor domestik dan internasional. Fitur ini, yang sangat populer pada awalnya ketika VoIP (Voice over IP) belum berkembang dan biaya data seluler sangat mahal, kini dianggap kurang relevan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang ada. 

Microsoft juga menghentikan penjualan kredit Skype dan layanan berbayar yang memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan internasional.

Selain itu, nomor Skype yang ada harus dipindahkan ke penyedia lain, karena Microsoft tidak lagi mendukung fitur ini. Microsoft Teams, yang sebelumnya hanya digunakan untuk keperluan bisnis, kini akan menjadi platform utama untuk komunikasi konsumen setelah Microsoft merilis versi personal pada tahun 2020. 

Meskipun pada awalnya perusahaan tetap berkomitmen untuk mendukung Skype, pada akhirnya mereka memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada Teams.

Kehadiran layanan seperti FaceTime, Messenger, dan WhatsApp yang semakin mendominasi, serta tren penggunaan Zoom selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa Skype kesulitan untuk bersaing di pasar komunikasi konsumen. 

Sejak saat itu, meski basis pengguna Skype tumbuh di awal pandemi, penggunaannya cenderung stagnan.

Microsoft kini berharap dapat memigrasikan sebagian besar pengguna Skype ke Teams, namun perusahaan juga menegaskan bahwa para pengguna memiliki kontrol penuh atas keputusan mereka.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper