Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, mengungkapkan adanya peningkatan signifikan serangan siber luring berbasis USB - hard drive di Asia Tenggara sepanjang 2024.
Berdasarkan data terbaru Kaspersky, sebanyak 49.234.759 ancaman lokal berhasil diblokir di kawasan ini antara Januari hingga Desember 2024. Angka ini menunjukkan lonjakan sebesar 15% dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencatat hampir 43 juta serangan offline.
Menariknya, di tengah tren peningkatan serangan di kawasan, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mencatatkan sedikit penurunan ancaman lokal, yakni sebesar -3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun, negara tetangga seperti Singapura justru mengalami lonjakan tertinggi dalam serangan offline antara tahun 2023 dan 2024, mencapai 88%.
Kenaikan signifikan juga tercatat di Malaysia (47%), Vietnam (25%), Thailand (20%), dan Filipina (16%).
General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan terkait keamanan perangkat USB yang digunakan oleh instansi pemerintah di kawasan ini.
Menjelang akhir tahun lalu, Kaspersky mendeteksi adanya penyusupan pada drive USB yang dikembangkan untuk menyimpan dan mentransfer berkas secara aman di lingkungan sensitif.
"Kode berbahaya telah disuntikkan ke dalam perangkat lunak manajemen aksesnya, yang memungkinkannya untuk mencuri file rahasia dari partisi aman drive tersebut," ujar Tiong dalam keterangan resminya yang dikutip Bisnis, Selasa (29/4/2025).
Lebih lanjut, Dia menjelaskan bahwa kode tersebut juga berfungsi sebagai worm USB yang mampu menyebarkan infeksi ke drive lain dengan jenis yang sama, menggarisbawahi tingkat kecanggihan ancaman ini.
Menyikapi tren peningkatan serangan malware offline, Yeo Siang Tiong menekankan pentingnya kewaspadaan dan tindakan proaktif dalam keamanan siber bagi bisnis dan organisasi di Asia Tenggara.
"Karena serangan malware offline terus berkembang, bisnis dan organisasi di Asia Tenggara harus tetap waspada dan proaktif dalam upaya keamanan siber. Dengan memahami risiko siber dan menerapkan pertahanan yang kuat, organisasi dapat melindungi diri dari ancaman yang terus berkembang ini," katanya.