Bisnis.com, JAKARTA --- Perusahaan induk Google, Alphabet, mengumumkan rencananya untuk menginvestasikan sekitar US$75 miliar dalam belanja modal pada tahun 2025.
Melansir dari The Verge, Rabu (5/2/2025, investasi besar ini terjadi di tengah perlombaan ketat di industri teknologi untuk membangun infrastruktur yang mendukung kecerdasan buatan (AI), yang semakin menjadi fokus utama banyak perusahaan teknologi besar.
Meskipun Alphabet tidak mengonfirmasi bahwa seluruh belanja modal tersebut akan digunakan untuk AI, mengingat besarnya investasi yang mengalir ke sektor AI di seluruh dunia, banyak yang memperkirakan sebagian besar anggaran tersebut akan difokuskan pada pengembangan teknologi AI Google.
CEO Google Sundar Pichaimenyoroti bahwa AI telah berkontribusi signifikan terhadap kinerja finansial Google. Pendapatan keseluruhan perusahaan naik 12% dibandingkan tahun lalu, mencapai US$96,5 miliar, sementara pendapatan Google Cloud naik 10% menjadi US$12,0 miliar.
Menurut Pichai, pertumbuhan ini dipimpin oleh peningkatan layanan Google Cloud Platform (GCP), infrastruktur AI, dan solusi AI generatif.
Ia pun menyebutkan bahwa perusahaan memiliki konsep baru terkait iklan native yang akan diterapkan dalam asisten AI Gemini. Pengalaman pencarian baru yang didorong AI juga direncanakan untuk diperkenalkan pada tahun 2025.
Seiring dengan itu, Alphabet juga memperkenalkan beberapa produk baru selama kuartal keempat 2024, termasuk Gemini 2.0, agen AI Project Mariner yang dapat menyelesaikan tugas di browser Chrome, serta alat Deep Research yang dapat melakukan riset untuk pengguna di web.
Sementara itu, bisnis mobil otonom milik Alphabet, Waymo, menunjukkan kinerja yang stabil meskipun menghadapi tantangan, dengan laporan keuangan yang mencatatkan pendapatan lebih rendah dan kerugian yang lebih besar dari tahun ke tahun pada kuartal keempat.
Namun, Google juga menghadapi tantangan hukum, dengan Departemen Kehakiman AS yang mengusulkan agar Google mempertimbangkan untuk melepaskan Chrome sebagai bagian dari kompensasi atas keputusan pengadilan yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut merupakan monopoli di pasar pencarian dan periklanan.
Hasil dari kasus hukum ini diperkirakan akan memiliki dampak besar pada masa depan Google dan Alphabet.