NSO Pembuat Pegasus Dinyatakan Bersalah, Retas Data 1.400 Pengguna WhatsApp

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 22 Desember 2024 | 12:41 WIB
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - NSO Group, perusahaan pembuat perangkat lunak mata-mata (spyware) Pegasus, dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas tuduhan pelanggaran Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer, termasuk dugaan terlibat dalam peretasan 1.400 akun WhatsApp

NSO Group merupakan perusahaan teknologi asal Israel yang mengembangkan dan menjual solusi keamanan siber dan intelijen, termasuk perangkat lunak spyware Pegasus.

Perangkat Pegasus tersebut kemudian digunakan oleh sejumlah perusahaan untuk mengawasi aktivis, jurnalis, dan oposisi politik serta dinilai sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Diketahui, WhatsApp awalnya mengajukan gugatan pada 2019 setelah menduga bahwa Pegasus digunakan untuk meretas telepon milik kelompok-kelompok seperti aktivis, jurnalis, dan pejabat pemerintah. Gugatan tersebut berjalan dengan NSO dituduh turut bertanggung jawab. 

Dilansir dari The Verge, setelah 5 tahun berjalan, NSO Group dinyatakan bertanggung jawab atas tuduhan pelanggaran Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer, pelanggaran Undang-Undang Akses Data Komputer Komprehensif California dan Penipuan, dan pelanggaran kontrak, menurut putusan hari ini. 

Sidang sekarang akan dilanjutkan "hanya pada masalah ganti rugi." Pembuat perangkat lunak mata-mata itu berpendapat bahwa mereka tidak bertanggung jawab karena Pegasus dioperasikan oleh klien yang menyelidiki kejahatan dan kasus keamanan nasional, tetapi hakim menolak argumen tersebut, yang dapat menjadi preseden bagi perusahaan lain dalam bisnis yang sama.

"Keputusan ini merupakan kemenangan besar bagi privasi," kata pimpinan WhatsApp Will Cathcart dalam postingan Threads, dikutip Minggu (22/12/2024). .

Dia mengatakan bahwa perusahaan menghabiskan waktu lima tahun untuk menyampaikan kasus ini. Whatsapp sangat yakin bahwa perusahaan spyware tidak dapat bersembunyi di balik kekebalan hukum atau menghindari pertanggungjawaban atas tindakan mereka yang melanggar hukum. 

“Perusahaan pengawasan harus diberi tahu bahwa mata-mata ilegal tidak akan ditoleransi,” kata Will, 

Sementara itu atas tudingan tersebut, NSO Group tidak segera membalas permintaan komentar.

Indonesia

Pegasus juga sempat menjadi sorotan di Indonesia. Beberapa media massa Tanah Air mengangkat liputan mengenai dugaan pemanfaatan Pegasus oleh sejumlah badan di Tanah Air. 

Indonesia Corruption Watch (ICW) kemudian mendesak Polri untuk membuka informasi mengenai pengadaan Pegasus, yang diklaim sebagai alat sadap dengan metode “zero-click”. ICW menilai alat tersebut dapat mengancam demokrasi.

Pegasus dirancang untuk menyusup ke perangkat seluler tanpa diketahui pengguna. Perangkat ini dapat mengumpulkan data pribadi pengguna. Diduga juga Pegasus memiliki fitur zero click, sebuah serangan siber tanpa memerlukan interaksi pengguna smartphone. 

Pembeli iPhone
Pembeli iPhone

Apple

Pada April 2024, Apple memperingatkan para pengguna iPhone di 92 negara perihal bahaya sasaran serangan spyware Pegasus.

Pemberitahuan tersebut tidak mengungkapkan identitas penyerang atau negara tempat pengguna menerima pemberitahuan.

“Serangan ini kemungkinan besar menargetkan Anda secara spesifik karena siapa Anda atau apa yang Anda lakukan. Meskipun tidak mungkin mencapai kepastian mutlak saat mendeteksi serangan semacam itu, Apple sangat yakin dengan peringatan ini – mohon ditanggapi dengan serius,” tulis Apple dalam pesan yang dikirim kepada pengguna yang mungkin terdampak. .

Apple mengirimkan pemberitahuan semacam ini beberapa kali dalam setahun dan telah memberi tahu pengguna tentang ancaman serupa di lebih dari 150 negara sejak 2021, menurut halaman dukungan Apple yang diperbarui.

Apple juga mengirimkan peringatan serupa kepada sejumlah jurnalis dan politisi di India pada Oktober 2023. Peringatan tersebut tidak terlepas dari hasil temuan kelompok advokasi nirlaba Amnesty International.

Mereka melaporkan bahwa telah menemukan spyware invasif Pegasus milik pembuat spyware Israel, NSO Group, di iPhone jurnalis terkemuka di India.

Orang yang mengetahui masalah tersebut menyebut pengguna di India termasuk di antara mereka yang telah menerima pemberitahuan ancaman terbaru dari Apple.

Peringatan spyware ini muncul pada saat banyak negara sedang mempersiapkan pemilu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper