Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti mengungkapkan menaburkan debu berlian ke atmosfer dapat mengimbangi hampir semua pemanasan yang disebabkan oleh manusia sejak revolusi industri dan memberi waktu untuk menghadapi perubahan iklim.
Dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan Senin (16 Desember) di jurnal Environmental Research: Climate, para peneliti menegaskan berlian setidaknya secara teori, merupakan bahan terbaik untuk injeksi stratosfer.
Penelitian itu menunjukkan bahwa menembakkan 5,5 juta ton (5 juta metrik ton) debu berlian ke stratosfer setiap tahun dapat mendinginkan planet sebesar 1,8 derajat Fahrenheit (1 derajat Celcius) berkat sifat reflektif permata tersebut.
Tim membandingkan efisiensi pendinginan partikel berlian dengan partikel aluminium dan kalsit menggunakan model sistem Bumi yang mensimulasikan respons iklim penuh dari suatu intervensi.
Mereka menemukan jumlah debu berlian yang dibutuhkan untuk mendinginkan planet sebesar 1,8 F – atau 5,5 juta ton per tahun – adalah sekitar sepertiga jumlah bahan lain yang dibutuhkan untuk mencapai efek pendinginan yang sama.
Dilansir dari Livescience, tingkat pendinginan ini akan sangat membantu dalam membatasi pemanasan global yang dimulai pada paruh kedua abad ke-19 dan sekarang mencapai sekitar 2,45 F (1,36 C), menurut NASA.
Penelitian ini berkontribusi pada bidang geoengineering yang mencari cara untuk melawan perubahan iklim dengan mengurangi jumlah energi yang mencapai bumi dari matahari.
Namun biaya dan kebutuhan energi dari bahan-bahan yang berbeda ini masih belum jelas. Sebuah studi pada tahun 2020 memperkirakan bahwa SAI dengan sulfur dioksida dari tahun 2035 hingga 2100 akan menelan biaya US$18 miliar per tahun, dan biaya untuk aluminium dan kalsit kemungkinan besar akan sama, kata Vattioni. Tagihan untuk berlian akan jauh lebih tinggi, dengan studi tahun 2020 menghitung total biaya selama 65 tahun sebesar $175 triliun.
“Ini adalah topik yang sangat kontroversial, ada banyak ilmuwan yang ingin melarang melakukan penelitian – bahkan penelitian – mengenai topik tersebut.” ujar Sandro Vattioni, seorang peneliti fisika atmosfer eksperimental di Institut Teknologi Federal Swiss di Zurich (ETH Zurich) dilansir dari Live Science.
Untuk mengurangi efek pemanasan matahari, para peneliti telah lama menyarankan penggunaan partikel kecil, atau aerosol, yang memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa.
Menyuntikkan aerosol ini ke stratosfer lapisan atmosfer bumi yang berada antara 7,5 dan 31 mil (12 hingga 50 kilometer) di atas permukaan planet berarti mereka akan bertahan di atmosfer setidaknya selama satu tahun sebelum jatuh kembali ke Bumi, para peneliti mengatakan.
Beberapa ratus pesawat terbang di ketinggian perlu terbang mengelilingi Bumi dan mengeluarkan partikel secara terus-menerus untuk mencapai jumlah yang dibutuhkan untuk pendinginan, kata Vattioni, namun pertimbangan seperti itu berada di luar cakupan penelitian.
“Kami hanya melihat berlian dan tidak memikirkan biayanya atau bagaimana partikel ini dapat ditambang,” katanya. “Tapi jelas ini juga merupakan pertanyaan yang perlu dipertimbangkan [untuk menentukan] apakah hal seperti ini layak dilakukan atau tidak.”
“Dalam hal ini, partikel kalsit mungkin merupakan pilihan yang lebih baik,” kata Vattioni, seraya menambahkan bahwa kalsit merupakan komponen utama dalam batu kapur, dan oleh karena itu mudah ditemukan dalam jumlah besar di seluruh dunia.