Temu Terhubung dengan Pabrik China, Momok Bagi Lazada, Shopee, hingga Blibli

Rahmad Fauzan
Rabu, 9 Oktober 2024 | 19:51 WIB
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com
Logo aplikasi Temu. Aplikasi milik China menjual berbagai perlengkapan untuk konsumen/Alibaba.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi e-commerce asal China, Temu, dinilia akan memberi dampak signifikan bagi seluruh perusahaan e-commerce seperti Shopee, Lazada, Tokopedia hingga Blibli.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) periode 2018-2020 Ignatius Untung mengatakan dampak merata ini berkorelasi dengan barang-barang buatan China yang diperdagangkan oleh e-commerce seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, serta Blibli.

“Semua pasti kena dampak. [Sebab] mereka berjualan produk China,” kata Ignatius ketika dihubungi Bisnis, Rabu (9/10/2024).

Dia menyontohkan Shopee dan Lazada. Sebagaimana diketahui, sebagian barang dagangan kedua perusahaan e-commerce tersebut didatangkan melalui mekanisme importasi. Terutama, dari China.

Padahal, Temu memiliki akses langsung ke pabrik di China. Otomatis, kehadiran mereka secara ekstrem bakal memperketat kompetisi di dalam negeri. Plus, kata Ignatius, produk-produk yang dijajakan di dalam katalog Temu lebih lengkap.

Terhadap e-commerce noncross border seperti Blibli dan Bukalapak, dampak serupa juga tidak terhindarkan mengingat tidak sedikit produk yang dijual adalah buatan Negeri Panda. Terutama, barang-barang yang berbasis teknologi komputasi.

Artinya, situasi Temu sebagai direct seller lebih menguntungkan dibandingkan dengan e-commerce eksisting yang menjalankan bisnis di Tanah Air.

“Kalau dari berita yang beredar mereka spesialisasi untuk menjual barang dari China ke luar negeri. Temu memutus banyak mata rantai pasok. Jadi, seharusnya lebih kuat. Secara juga kalau langsung ke pasar akan lebih murah,” tuturnya.

Kemudian, jelas Ignatius, barang-barang dari China dikabarkan mendapatkan subsidi sehingga beban ongkos logistik mereka di Tanah Air bisa tereduksi. Bahkan, sambungnya, ongkos pengiriman barang dari China ke RI lebih murah ketimbang Jakarta – Indonesia bagian timur.

Situasi ini cukup buruk bagi pemain industri e-commerce di dalam negeri yang masih bergulat dengan fenomena winter tech alias musim dingin industri berbasis teknologi.

“Pendanaan masih susah di tengah winter tech, tetapi datang masalah baru lagi. Langkah mereka [pemain eksisting] untuk profitabilitas makin sulit,” tutupnya. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper