Pendidikan, Kesehatan dan e-Commerce
Dalam riset yang berjudul Survey Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024, APJII juga mengungkapkan pada sektor pendidikan, internet telah digunakan untuk membantu siswa mengakses sumber pembelajaran tambahan seperti video pembelajaran, ebook, dan materi pembelajaran interaktif.
Namun jumlah siswa yang menggunakan internet untuk mengakses materi pendidikan tambahan belum terlalu banyak hanya 31%. Artinya, baru 3 dari 10 siswa yang benar-benar menggunakan internet untuk mendapat informasi tambahan.
Sementara 22% lainnya disebutkan hanya menggunakan internet untuk mencari informasi dan melakukan riset untuk proyek atau tugas mereka. Jumlah tersebut berpeluang untuk ditingkatkan.
Dari sisi guru, Internet membantu 48,4% guru untuk mengakses informasi dan sumber belajar, sebanyak 19,2% menjadi lebih inovatif dalam pengajaran.
Kendati demikian, masih terdapat 6% di antaranya yang belum memanfaatkan internet secara optimal, serta 1% mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi.
Kemudian, Sebanyak 70,8% fasilitas kesehatan di desa-desa terluar telah memanfaatkan internet untuk melayani masyarakat. Petugas kesehatan menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan rumah sakit rujukan melalui email atau aplikasi pesan instan, hingga menyebarkan informasi kesehatan melalui media sosial, website desa, atau aplikasi pesan singkat (24,7%).
Tidak hanya itu, faskes juga memanfaatkan internet untuk menyebarkan informasi kesehatan melalui media sosial, website desa, atau aplikasi pesan singkat (16,3%); menyediakan layanan pendaftaran online untuk masyarakat (10,8)%; mengumpulkan dan menganalisis data kesehatan secara online untuk evaluasi dan perencanaan program kesehatan (8,4%).
Dari sisi pengguna, kehadiran internet membuat 40% masyarakat lebih paham tentang kesehatan dan lebih sering mencari informasi kesehatan online. Lalu, 30% masyarakat mulai mencari informasi kesehatan online, tetapi pengetahuan mereka hanya sedikit bertambah.
Kendati kondisinya relatif baik, bukan berarti pemanfaatan internet di desa sudah terlepas dari masalah. APJII menemukan sebanyak 71,7% surveyor mengatakan koneksi internet sering tidak stabil atau lambat menjadi kendala saat mengakses informasi kesehatan di daerah tertinggal.
Sementara itu, Public Relations Lead Compas Bayu Wardhana mengatakan seller e-commerce pada sektor FMCG tersebar hingga wilayah Timur Indonesia pada semester I/2024. Namun demikian, pada periode tersebut secara total jumlah produk terjual (sales quantity) mengalami penurunan 19,4% dibandingkan semester II/2023.
Penurunan jumlah produk terjual paling tinggi terjadi di provinsi Maluku Utara, dengan jumlah produk terjualnya turun 42,9% atau menurun dari 3.554 ke 2.031 produk. Sementara itu peningkatan tertinggi terjadi di Maluku, termasuk di dalamnya Kota Ambon.
“Peningkatan tertinggi terjadi di provinsi Maluku yang tumbuh 34% atau sejumlah 5.592 ke 7.491 produk,” kata Bayu.
Di Papua, hampir seluruh provinsinya mencatatkan pertumbuhan jumlah produk terjual. Papua dan Papua Tengah menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi, masing-masing 81,8% untuk produk vitamin dan 195,7% untuk produk kopi. Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan potensi pasar yang besar untuk produk-produk FMCG di wilayah Papua.
Satu-satunya provinsi Papua yang mencatatkan penurunan produk terjual hanya Papua Barat Daya, dimana jenis produk vitamin menurun sejumlah 0.4%
Bayu memperkirakan pertumbuhan transaksi di wilayah Indonesia Timur, salah satunya didorong oleh kehadiran infrastruktur digital.
“Kami berharap dengan dibangun dan mulai meratanya infrastruktur digital di Indonesia dapat mendorong pertumbuhan penjualan e-commerce di wilayah timur Indonesia,” kata Bayu.