Penetrasi Internet RI Makin Merata, GSMA Beberkan Faktanya

Rika Anggraeni
Rabu, 25 September 2024 | 20:44 WIB
Salah satu BTS 4G di daerah 3T. Kehadiran infrastruktur digital diharapkan dapat memangkas gap sehingga masyarakat di daerah tertinggal juga dapat terhubung dengan dunia yang luas lewat internet/sumber: Bakti
Salah satu BTS 4G di daerah 3T. Kehadiran infrastruktur digital diharapkan dapat memangkas gap sehingga masyarakat di daerah tertinggal juga dapat terhubung dengan dunia yang luas lewat internet/sumber: Bakti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Komunikasi Seluler Global  atau Global System for Mobile Communications Association (GSMA) melihat perluasan penetrasi internet di wilayah daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) Indonesia mengalami kemajuan besar dalam 10 tahun terakhir. 

Namun, Indonesia masih perlu perluasan layanan jaringan 4G dan meluncurkan layanan 5G untuk menjangkau wilayah pelosok.

Head of Asia Pacific GSMA Julian Gorman mengatakan bahwa kini jaringan broadband seluler telah menjangkau sekitar 95% populasi.

Merujuk data GSMA Intelligence, Gorman mengungkap bahwa terdapat 185 juta pelanggan seluler di Indonesia pada 2023, atau setara dengan 66% dari populasi. Bahkan, angka pelanggan seluler ini diperkirakan mencapai 226 juta pada 2030 atau setara 77% dari populasi.

Sementara itu, koneksi smartphone atau ponsel pintar akan naik dari 87% pada 2023 menjadi 95% pada 2030. Diikuti dengan pengguna internet seluler yang akan meningkat dari 136 juta pada 2023 menjadi 180 juta pada 2030.

“Ini menunjukkan peningkatan besar dan kemajuan dalam mengurangi kesenjangan serta meningkatkan penetrasi di wilayah 3T,” kata Gorman kepada Bisnis, Rabu (25/9/2024).

Kendati demikian, GSMA mencatat juga masih ada kesenjangan penggunaa. Pasalnya, sebanyak 40% masyarakat belum terhubung dengan internet.

Menurut Gorman, untuk menjembatani kesenjangan ini, maka perlu upaya kolaboratif antara operator seluler, produsen perangkat, pembuat kebijakan, serta masyarakat lokal.

“Dengan memperluas layanan 4G dan meluncurkan layanan 5G, kita dapat memberikan akses yang lebih baik ke layanan digital penting untuk daerah ini,” ujarnya.

Dengan konektivitas yang meluas, lanjut Gorman, maka akan meningkatkan partisipasi masyarakat di wilayah 3T dalam ekonomi digital dan memperbaiki kualitas hidup.

Adapun, Gorman mengaku bahwa selama satu dekade terakhir pihaknya membangun pondasi dengan memperluas cakupan 4G di Indonesia, termasuk di area 3T.

Di samping itu, seiring dengan peningkatan konektivitas, GSMA melihat adanya pertumbuhan peluang ekonomi baru, terutama di sektor pertanian, pendidikan, hingga financial technology (fintech).

“Teknologi seluler memungkinkan para petani mengakses harga pasar dan praktik terbaik sementara pengusaha lokal memanfaatkan platform digital untuk memperluas bisnis,” ungkapnya.

Lebih lanjut, GSMA juga melihat bahwa di masa depan, gelombang akselerasi berikutnya akan dipicu oleh teknologi 5G dan satelit.

Untuk itu, Gorman mengimbau adanya komitmen pemerintah akan inklusi digital dan berpadu dengan investasi industri, sehingga mendorong kemajuan substansial dalam menjembatani kesenjangan digital.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper