Bisnis.com, JAKARTA - Peretas berhasil membobol akun X OpenAI pada Senin malam, (23/9/2024), yang kemudian digunakan untuk menyebarkan pesan penipuan mata uang kripto.
Akun @OpenAINewsroom, yang berbagi berita dari OpenAI dan memiliki hampir 54.000 pengikut, membuat postingan yang sekarang telah dihapus yang mengiklankan token “$OPENAI”, yang belakangan diketahui bahwa itu merupakan link penipuan.
OpenAINewsroom juga memposting bahwa semua pengguna OpenAI berhak mengklaim sebagian dari persediaan awal $OPENAI, dengan iming-iming token tersebut akan memberikan akses ke semua program beta.
“Kami sangat senang mengumumkan $OPEANAI: token yang menjembatani kesenjangan antara AI dan teknologi blockchain,” tulis postingan tersebut, Selasa (24/9/2024).
The Verge melaporkan bahwa dalam situs tersebut terdapat instruksi jika ditekan, maka pengguna akan mendapat aset kripto $OPENAI. Pengguna akan diminta menghubungkan dompet digital ke dalam link, yang kemudian The Verge itu sebagai penipuan.
Pihak OpenAI belum memberi tanggapan atas temuan tersebut. Akun OpenAINewsroom juga tidak mengunggah informasi apapun yang mungkin terjadi dari aktivitas tersebut.
Sebelumnya, pada Juli 2024 peretas juga dikabarkan membobol akses ke sistem pesan internal OpenAI yang juga turut menciptakan ChatGPT. Peretas juga disebut mencuri detail tentang desain teknologi AI perusahaan tersebut.
OpenAI memutuskan untuk tidak mengumumkan insiden ini kepada publik atau melaporkannya kepada FBI atau otoritas penegak hukum lainnya.
Dua sumber anonim New York Times yang mengetahui insiden tersebut menyebut peretas berhasil mengakses detail dari diskusi yang dilakukan oleh karyawan OpenAI tentang teknologi terbaru perusahaan di sebuah forum online.
Meski begitu, peretas tidak berhasil masuk ke dalam sistem-sistem tempat OpenAI menyimpan dan mengembangkan kecerdasan buatannya.
Menurut sumber anonim tersebut, saat itu, para eksekutif OpenAI mengungkapkan insiden tersebut kepada karyawan selama pertemuan semua pihak di kantor perusahaan di San Francisco pada April 2023 dan memberitahukan dewan direksi.
Akan tetapi, para eksekutif memutuskan untuk tidak membagikan berita tersebut kepada publik karena tidak ada informasi tentang pelanggan atau mitra yang dicuri.
Pasalnya, para eksekutif tidak menganggap insiden tersebut sebagai ancaman terhadap keamanan nasional karena mereka yakin peretasnya adalah individu yang tidak memiliki hubungan dengan pemerintah asing. Perusahaan tidak memberitahukan insiden ini kepada FBI atau pihak penegak hukum lainnya.
Setelah terjadi pelanggaran keamanan tersebut, beberapa karyawan OpenAI merasa khawatir bahwa lawan asing seperti China dapat mencuri teknologi kecerdasan buatan (AI).
Meskipun saat ini teknologi tersebut lebih banyak digunakan sebagai alat untuk pekerjaan dan penelitian, ada kekhawatiran bahwa di masa depan teknologi ini dapat menjadi ancaman terhadap keamanan nasional Amerika Serikat.