Bisnis.com, JAKARTA — Amazon Web Services (AWS) mengungkap bahwa ketersediaan talenta digital merupakan tantangan sekaligus tugas terbesar Indonesia dalam mendorong dan mempercepat transformasi digital menuju ekonomi digital.
Terlebih, AWS melihat ekonomi digital nampak seperti koin bermata dua, yang di satu sisi memiliki potensi yang besar, tetapi juga memiliki jalan yang masih panjang. Namun, jika transformasi digital terus digeber, maka ekonomi digital bisa berkembang lebih pesat.
Country Leader AWS Indonesia Anthony Amni mengatakan bahwa ketersediaan talenta digital menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan semua pihak, termasuk perusahaan, guna menuju ekonomi digital.
Menurutnya, jika talenta digital sudah siap, maka tahap selanjutnya adalah membangun jiwa menjadi produsen bukan hanya sekadar konsumen. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara yang populasi lebih dari 278 juta jiwa.
Di sisi lain, Anthony menyampaikan bahwa ekonomi digital telah berkontribusi 4,66% terhadap perekonomian Indonesia pada 2024, dan ke depan pemerintah juga telah menetapkan target sebesar 18% dari produk domestik bruto (PDB).
“Alangkah baiknya kalau banyak lagi entrepreneur. Jadi enggak cuma kita mengonsumsi apa yang dibuat di luar, tetapi kita juga memproduksi,” kata Anthony dalam Group Media Interview, dikutip Minggu (8/9/2024).
Untuk itu, Anthony menyampaikan bahwa AWS bertekad ingin menjadi tonggak dari Indonesia digital melalui dua cara, yakni talenta dan teknologi. Dalam hal talenta digital, dia mengungkap bahwa AWS Indonesia telah melatih lebih dari 800.000 talenta Indonesia dalam keterampilan cloud sejak 2017.
Adapun, sejumlah cara itu ditempuh AWS dengan berinvestasi sebesar US$5 miliar selama 15 tahun di Indonesia sejak 2021 silam. Kucuran investasi ini sebagai bagian dari peluncuran AWS Asia Pacific (Jakarta) Region pada 2021.
Salah satu investasi jumbo itu mayoritas digunakan untuk membangun pusat data alias data center di Indonesia yang terdiri atas tiga availability zone (AZ) di kawasan Jakarta atau tiga kompleks data center.
Sayangnya, Anthony tak mengungkap kapasitas aliran listrik dan lokasi data center milik AWS di Indonesia, lantaran terkait masalah keamanan. Dia juga tak menjawab apakah akan menambah data center di Indonesia. Meski begitu, dia memastikan pihaknya akan meningkatkan apa yang sudah dibangun di Tanah Air.
“Di tahun lalu kami mendatangkan layanan terbaru kami berbasis AI, seperti GPU machine. Jadi di dalam kompleks data center kami pun, kami terus membawa teknologi-teknologi terbaru,” tuturnya.
Selain data center, Anthony menuturkan bahwa investasi yang digelontorkan AWS diperkirakan akan menciptakan 24.700 lapangan kerja di Indonesia dan menambah kontribusi sekitar US$10,9 miliar ke GDP.
Lebih lanjut, Anthony menyampaikan AWS Indonesia ingin membantu perusahaan Indonesia mengadopsi teknologi kecerdasan buatan generatif atau generative artificial intelligence (gen-AI). Sebab, secara global, lanjut dia, Amazon berjanji akan melatih lebih dari 2 juta tenaga kerja dengan keterampilan AI hingga 2025.
“Kami ingin bisa membantu semua pelaku industri usaha, baik dari yang level SMB, mid enterprise, enterprise besar, bahkan juga pelaku pemerintahan untuk memanfaatkan the power of cloud computing dan AI untuk bisa bertransformasi dan membangun hasil bisnis,” ungkapnya.
Menurut catatan AWS, sudah lebih dari 22% tenaga kerja di Indonesia menggunakan teknologi AI. Perusahaan juga melihat lebih dari 62 perusahaan di Indonesia memiliki tujuan untuk menerapkan AI. “Jadi kita tahu AI itu sudah tidak bisa dihindari,” imbuhnya.
Ke depan, AWS menargetkan akan menambah jumlah talenta digital dan tenaga kerja lebih banyak lagi, atau tidak hanya berhenti di angka 800.000 talenta digital.
“Kami itu cukup nasionalis. Misi kami untuk AWS Indonesia adalah kami ingin bisa menjadi tonggak dari Indonesia digital melalui talenta dan teknologi,” tutupnya.