Startup Agritech Masih Diminati Modal Ventura, Punya Potensi Pasar US$89,74 Miliar

Akbar Maulana al Ishaqi
Jumat, 6 September 2024 | 02:00 WIB
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan atau startup di sektor agriculture technology (agritech) nampaknya masih diminati perusahaan modal ventura.

Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Ronald Simonangkir menjelaskan, dalam sektor ini termasuk di dalamnya adalah bidang pertanian hingga budidaya perikanan.

"Pada sektor pertanian dan budidaya perikanan, sektor ini memiliki total nilai pasar sebesar US$89,74 miliar," kata Ronald kepada Bisnis, Kamis (5/9/2024).

Selain punya nilai pasar yang besar, sektor agritech diyakini punya tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata kumulatif atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) yang cukup tinggi, mencapai 6,3%.

CAGR sektor agritech ini lebih tinggi daripada sektor manufaktur dan sektor energi terbarukan yang masing-masing sebesar 5,97% dan 5,65% dengan nilai pasar US$228,46 miliar dan US$1,79 miliar.

"Kami juga melihat industri pertanian dan budidaya perikanan memerlukan transformasi digital karena masih terfragmentasi dan tradisional," kata Ronald.

Senada, Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan di tengah tren penurunan pendanaan modal ventura, startup dari sektor agritech masih menggiurkan.

"Sektor yang problemnya besar akan menarik bagi investor dan founder, seperti fintech, agritech, dan lain-lain. Tapi kembali ke masing-masing startup tentang path to profitability," kata Eddi.

Adapun sampai kuartal I/2024, total pendanaan startup dari modal ventura sebesar US$310 juta dengan total transaksi mencapai 34. Dari jumlah transaksi itu, agritech berada di urutan kedua dengan empat transaksi, sementara di urutan pertama dari sektor financial technology atau fintech.

Eddi berharap pendanaan modal vetura tahun ini tetap mencatatkan pertumbuhan. Dia menjelaskan, kinerja pendanaan modal ventura dapat dilihat dari dua aspek, yakni total deal volume (jumlah transaksi) dan deal value (jumlah uang yang diinvestasikan).

"Inginnya sih tetap tumbuh. [Dari dua aspek] bisa juga salah satu atau keduanya yang tumbuh," kata Eddi. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper