Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mengungkap terdapat perbedaan cara penggelaran fixed broadband antara Indonesia dan Amerika Serikat serta negara-negara di Eropa, yang membuat layanan FMC di Tanah Air lebih menantang.
VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability, and Marketing Telkomsel Endra Diputra mengatakan convergent jaringan internet di luar negeri sudah menggunakan layanan fixed network, termasuk di AS.
Endra menjelaskan definisi dari convergent sendiri adalah saat penetrasi broadband tetap meningkat, sehingga mendorong penggunaan convergent dan membawa manfaat bagi operator. Dia menekankan bahwa konvergensi ini dilakukan untuk membentuk digital ekosistem.
“Kalau di Amerika, di Eropa, semua itu bicara mulai dari konektivitas dari fixed network. Jadi semua kabel itu sudah masuk ke rumah, kemudian mobile menyusul,” kata Endra dalam acara Media Gathering Telkomsel 2024, Rabu (7/8/2024).
Endra menyebut bahwa kondisi konektivitas di AS berbeda dengan Indonesia yang masih mengadopsi internet mobile.
“Agak sedikit berbeda dengan Indonesia yang 15.000–17.000 pulau. Hal pertama yang terjadi di Indonesia adalah konektivitas melalui mobile,” tuturnya.
Namun, Endra menuturkan bahwa Telkomsel terus berupaya menjadi salah satu bagian yang membuat konektivitas di Indonesia. Hal ini tercermin dari cakupan populasi jaringan 4G mencapai 97%.
Perusahaan juga agresif dalam mengakuisisi pelanggan baru untuk layanan internet IndiHome yang jumlah penggunanya telah mencapai jutaan pengguna.
“Sampai sekarang ini total pelanggan fixed yang ada di Indonesia sekitar 12 jutaan, dan Telkomsel lewat Indihome itu sekitar 67% kurang lebih market share-nya. Tetapi disinilah potensinya, kalau semua di antara kita sekarang sudah punya mobile,” ujarnya.
Endra menyampaikan bahwa pada 2023, penetrasi fixed broadband hanya mencapai 17% dan diproyeksikan akan mencapai 30% pada 2028 mendatang.
Untuk itu, Endra menjelaskan bahwa saat ini Telkomsel tengah mencoba mengejar penetrasi fixed broadband.
Pasalnya, sebanyak 52% pelanggan lebih tertarik pada kelancaran dan kenyamanan akan layanan convergent, yakni layanan fixed dan mobile menjadi satu atau fixed–mobile convergence (FMC).
“Jadi customer itu adalah hal yang paling utama yang mau kami perhatikan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Endra menyampaikan bahwa jika operator seluler hanya menjalani layanan fixed maka pendapatan CAGR ‘18–‘23 hanya mencapai 0,2%. Sedangkan jika hanya menjalankan bisnis mobile hanya merengkuh pendapatan 2,6%.
Namun berbeda jika operator menggabungkan layanan fixed dan mobile menjadi satu, maka akan merengkuh pendapatan CAGR ‘18–‘23 sebesar 3,1% “Jadi belasan kali lipat dibandingkan dengan kalau sendirian,” terangnya.
Di sisi lain, lanjut Endra, total penetrasi 4G Telkomsel sudah mencapai 97% dari populasi di Indonesia, atau hampir semua masyarakat Indonesia sudah terkoneksi jaringan 4G milik Telkomsel.
“Kami merasa bahwa kami masih belum cukup berimplementasi. Kita masih double downing. Itulah kenapa fixed masuk ke Telkomsel, kita jadikan satu convergence dan kita kepingin digital population kita yang tercatat kurang lebih sekitar 70%—75% dari 270 juta orang Indonesia atau sekitar 200–an juta,” ungkapnya.