Mitratel (MTEL) - Airbus Bikin BTS Terbang, Babak Baru Bisnis Menara

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 2 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi dan perincian Haps Zephyr Aalto milik Airbus/Aalto
Ilustrasi dan perincian Haps Zephyr Aalto milik Airbus/Aalto
Bagikan

Babak Baru Bisnis Menara

Dia juga mengatakan bahwa teknologi akses ke depan akan makin banyak pilihan. Sudah sewarjarnya bagi operator utnuk terus melakukan identifikasi potensi teknologi-teknologi baru.

“Demikian juga bagi pemerintah untuk aspek regulasinya, baik regulasi spektrum, regulasi penyelenggaraan, peluang usaha dan lain-lain,” kata Sigit. 

Uji Coba

Dosen Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ian Josef Matheus Edward mengatakan bahwa BTS terbang dapat menjadi alternatif dalam memberikan konektivitas di daerah yang sulit dijangkau atau daerah rural. 

Namun, untuk mengimplementasikan teknologi ini pemerintah dan Mitratel perlu melakukan uji coba terlebih dahulu dan memastikan bahwa frekuensi Haps tidak mengganggu pemain eksisting. 

Frekuensi yang digunakan sudah diperoleh dan diujicobakan tanpa mengganggu yang ada,” kata Ian kepada Bisnis, Kamis (1/8/2024).

Satelit sebagai salah satu teknologi eksisting pemanfaat frekuensi
Satelit sebagai salah satu teknologi eksisting pemanfaat frekuensi

Ian menambahkan meski demikian dengan posisi Haps yang lebih rendah dibandingkan Starlink, maka redaman latensi akan makin kecil sehingga waktu respons perangkat akan lebih baik dibandingkan dengan internet berbasis Starlink. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi meyakini bahwa Haps memiliki potensi yang besar untuk mendorong pemerataan jaringan internet di Indonesia. Haps juga dapat menggantikan BTS yang selama ini sulit untuk dihadirkan di daerah pedalaman yang terjal. 

Hanya saja, Heru berpendapat, potensi tersebut belum terlihat, nampak dari negara-negara global yang hingga saat ini juga masih mengembangkan teknologi BTS terbang tersebut. 

Terbaru, konsorsium Jepang menginvestasikan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk membangun Haps Aalto yang ditargetkan beroperasi pada 2026. 

Perbedaan Haps vs Starlink

Dilansir dari berbagai sumber, terdapat lima perbedaan antara Haps Zephyr dengan Starlink, mulai dari ketinggian, cakupan layanan, metode konektivitas, latensi hingga ongkos operasional per titik daerah rural. 

Ketinggian

HAPS Zephyr terbang pada ketinggian 18 - 20 kilometer di atas permukaan bumi. jika dibandingkan dengan satelit LEO, yang rata-rata terbang di ketinggian 500 - 2.000 kilometer, maka HAPS Zephyr jauh lebih rendah. 

Adapun Starlink terbang di ketinggian 550 kilometer di atas permukaan bumi. Elon Musk sempat berencana menurunkan ketinggian Starlink menjadi 300 kilometer. 

Cakupan

Dengan jumlah satelit yang telah mencapai lebih dari 5.000 satelit, Starlink memiliki cakupan yang lebih luas. Tidak hanya itu, dengan daya terbang yang lebih tinggi dari Haps, Starlink memiliki cakupan yang lebih luas per satelitnya, Belum diketahui dengan pasti jangkauan layanan masing-masing teknologi. 

Konektivitas

Kemudian untuk menerima akses internet yang disuntikan masing-masing perangkat, Haps memiliki keunggulan yaitu dapat langsung terhubung ke smartphone pengguna. Sementara itu untuk terhubung ke internet Starlink, pengguna membutuhkan perangkat penangkap sinyal berupa dish, yang harus terhubung ke listrik, setelah itu penangkap sinyal (terminal) akan menyebarkan internet ke beberapa perangkat smartphone tergantung paket yang digunakan. 

Latensi

Dari sisi latensi, Haps Zephyr dikabarkan memiliki latensi yang lebih rendah yaitu 5-10 milidetik, sementara itu Starlink sekitar 50 milidetik. Hal ini disebabkan ketinggian masing-masing wahana berbeda. 

Ongkos

Kemudian untuk ongkos ke daerah rural, Haps Zephyr mengeklaim bahwa mereka lebih murah dibandingkan dengan Starlink. Jika Starlink membutuhkan ongkos sekitar ribuan dollar Amerika Serikat (AS) untuk melayani per titik daerah rural, Haps hanya menghabiskan tidak lebih dari 10 dollar (AS). 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward memiliki pendapat lain. Dia menilai ongkos Haps bisa lebih mahal karena waktu terbang Haps singkat tidak sampai 1 tahun. Sementara Starlink bisa 6-7 tahun. 

Haps Zephyr Aalto sendiri bukanlah teknologi baru dalam hal konektivitas internet. Pada Mei 2024, konsorsium Jepang menginvestasikan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk pengembangan Haps Zephyr milik Airbus. 

Roket yang membawa Starlink diluncurkan
Roket yang membawa Starlink diluncurkan

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper