5. Afghanistan
Negara ini mengalami kekeringan dan kebanjiran terparah selama 27 tahun terakhir, tanpa bantuan dari organisasi internasional. Masalah ini diperburuk oleh kudeta Taliban sejak 2021.
Perubahan iklim membuat Afganistan mengalami kesulitan produksi pangan, membuat masyarakat harus mengungsi, dan memperparah keuangan negara. Sebanyak 29 juta warga Afghanistan berada dalam krisis yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
6. Sudan Selatan
Sudan Selatan masih mengalami konflik regional yang tidak kunjung selesai. Hal ini memperburuk kesiapan negara dalam menghadapi situasi perubahan iklim.
Contohnya adalah banjir bandang yang terjadi pada 2022. Lebih dari 900.000 jiwa terdampak karena situasi perubahan iklim ini.
7. Republik Afrika Tengah
Afrika Tengah mengalami konflik kekuasaan dan sumber daya alam. Hal ini membuat ketidakstabilan situasi negara. Ditambah lagi, terjadi peristiwa-peristiwa banjir dan munculnya wabah dalam kamp warga pengungsi.
Terdapat wabah penyakit kolera yang ditemukan di dalam air minum pengungsi. Wabah malaria dan mpox juga memperlemah kesejahteraan negara.
Nasib Indonesia dalam Perubahan Iklim
Indonesia berada pada peringkat 97 dari 181 negara rentan terdampak perubahan iklim. Angka ini dilaporkan oleh World Bank pada 2021. Indonesia dinilai cukup rentan terhadap perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim terhadap Indonesia yakni banyak terjadi peristiwa bencana seperti kekeringan, banjir bandang, hingga badai. Ada pula peningkatan pola hujan deras yang intens dan peningkatan suhu udara secara umum di Indonesia, pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, masalah kenaikan permukaan laut termasuk hal yang perlu diwaspadai dalam jangka panjang.
Indonesia memiliki kepadatan penduduk tinggi dan ketergantungan sumber daya alam yang besar. Karena faktor-faktor tersebut, ada kemungkinan bahwa dampak perubahan iklim akan dirasakan pada banyak sektor.
Menurut World Bank, 2.5–7% GDP Indonesia berpotensi dihabiskan hanya untuk menghadapi perubahan iklim. Seperti daftar negara rentan di atas, sangat mungkin bagi warga miskin untuk menjadi pihak yang paling dirugikan. (Ilma Rayhana)