Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat meminta agar pemerintah terus memantau pergerakan Starlink selama beroperasi di Indonesia untuk mengantisipasi adanya predatory pricing yang dilakukan layanan internet milik Elon Musk.
Pemerintah dinilai terlalu dini atau prematur jika menyebut tidak ada praktik predatory pricing pada layanan Starllink. Tidak ada yang dapat memastikan harga perangkat dan layanan Starlink di indonesia, terlebih Starlink hanya memiliki kantor virtual.
Predatory pricing sendiri adalah praktik di mana suatu perusahaan menetapkan harga produk atau layanan di bawah biaya produksi untuk sementara waktu. Imbasnya, praktik ini dapat menciptakan monopoli dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
Perlu diketahui, SpaceX kembali menurunkan harga perangkat keras Starlink menjadi Rp5,9 juta, Harga asli perangkat keras Starlink awalnya dibanderol senilai Rp7,8 juta.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi meminta agar Starlink untuk terus dipantau.
“Ini makanya yang saya katakan [Starlink] dipantau, dipantau. Jangan terlalu prematur mengatakan tidak ada predatory pricing [terhadap Starlink],” kata Heru kepada Bisnis, Selasa (11/6/2024).
Bukan tanpa sebab, hal ini mengingat pasar Indonesia yang cenderung memperhatikan harga produk.
Artinya, kata Heru, jika ada dua atau tiga produk, maka masyarakat akan memilih produk yang paling murah. Sehingga, bagi pemain yang baru masuk pasar Indonesia, mau tidak mau akan menawarkan tarif yang murah.
“Kalau tidak, tidak ada yang mau pindah dari layanan yang selama ini sudah dilanggani kecuali ada tawaran tarif lebih murah dan kecepatan lebih tinggi,” ujarnya.
Merujuk laman resmi Starlink, harga perangkat keras yang ditawarkan Starlink ini berbeda dari harga awal yang ditawarkan sebelumnya, yakni Rp7,8 juta. Adapun, harga perangkat Starlink senilai Rp5,9 juta ini tidak disebutkan batas waktu seperti masa promosi sebelumnya.
Dengan demikian, perangkat keras Starlink milik Elon Musk ini turun hampir sekitar Rp2 juta, dari Rp7,8 juta menjadi Rp5,9 juta.
“Internet berkecepatan tinggi, di mana pun Anda tinggal. Rp5.900.000 untuk perangkat keras dan Rp750.000/bln untuk layanan,” tulis Starlink dalam laman resminya.
Sebelumnya, perwakilan PT Starlink Services Indonesia membantah adanya dugaan predatory pricing Starlink dalam menawarkan harga layanan internet di Indonesia.
Tim Legal Starlink Indonesia Krishna Vesa mengatakan bahwa promosi yang ditawarkan Starlink merupakan hal yang wajar.
“Predatory pricing itu tidak ada, saat ini tidak ada. Dan promosi yang dilakukan Starlink hal wajar yang diperbolehkan oleh hukum,” kata Krishna saat ditemui di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29/5/2024).
Krishna juga menekankan bahwa Starlink Services Indonesia tidak mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah. “Tidak ada karpet merah yang diberikan pemerintah kepada Starlink,” tekannya.