Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan terus memantau kebijakan global perihal layanan internet Starlink yang dapat terhubung lansung ke smartphone atau direct to cell. Pemerintah akan menyiapkan peraturan jika hal tersebut diperbolehkan oleh regulator global.
Dirjen SDPPI Ismail mengatakan saat ini teknologi satelit yang langsung terhubung ke smartphone masih berkembang. Pemerintah akan menunggu keberlanjutan dari teknologi tersebut, sambil menyiapkan langkah antisipasi.
“Antisipasinya adalah mengikuti standar global International Telecommunication Union atau ITU. Ketika sudah ditetapkan secara global, nanti Indonesia akan melakukan pengaturan sesuai dengan kepentingan Indonesia,” kata Ismail kepada Bisnis di sela-sela acara Asia Pacific Satellite International Conference (APSAT), Selasa (4/6/2024).
Ismail mengatakan pengaturan tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Kemenkominfo masih menunggu kebijakan yang diambil oleh ITU.
“Kami belum sampai membicarakan masalah Starlink direct to cell,” kata Ismail.
Sebelumnya, SpaceX, perusahaan wahana dirgantara milik Elon Musk, dikabarkan bakal meluncurkan layanan telepon langsung ke seluler Starlink pada musim gugur atau September 2024. Perusahaan telah melaporkan rencana tersebut ke Komisi Komunikasi Federal (FCC).
Dalam surat pengajuan ke FCC, dilansir dari Teslarati, Minggu (2/6/2204), SpaceX mengapresiasi kepemimpinan Komisi dalam mengadopsi kerangka peraturan yang fleksibel untuk cakupan tambahan dari luar angkasa (‘SCS’) yang akan memungkinkan cakupan seluler.
SpaceX menilai layanan tersebut bermanfaat bagi konsumen dan responden serta akan memberikan contoh yang kuat untuk diikuti oleh negara-negara lain.
“SpaceX mendukung hampir semua Perintah SCS terbaru dari Komisi dan berharap dapat meluncurkan layanan komersial langsung ke seluler di Amerika Serikat pada musim gugur ini,” bunyi pengajuan tersebut.
Pengajuan FCC juga memberikan beberapa rincian tentang rencana lebih lanjut SpaceX untuk teknologi langsung ke seluler Starlink. Meskipun sistem langsung ke sel Starlink dirancang untuk memberikan kemampuan penelusuran teks, suara, dan web kepada pengguna selama peluncurannya, fitur-fitur yang lebih canggih dapat diluncurkan pada masa mendatang.
SpaceX menyampaikan meski perusahaan saat ini bermaksud menyediakan teks, suara, dan penjelajahan web melalui jaringan jangkauan tambahannya, inovasi pada masa depan mungkin memungkinkan layanan jangkauan tambahan yang lebih kuat dan fitur yang ditingkatkan.
“Meskipun layanan yang ditingkatkan ini tidak akan menggantikan jaringan seluler terestrial, layanan ini akan menyediakan sumber konektivitas yang lebih baik ketika jaringan tersebut tidak ada,” demikian isi pengajuan FCC.
SpaceX juga mendesak FCC untuk mempertimbangkan kembali batas agregat frekuensi radio untuk satelit seluler, sebagaimana dicatat dalam laporan PCMag.
“Batas out-of-band agregat yang menyeluruh… sayangnya akan melemahkan tujuan penyediaan cakupan yang kuat selama keadaan darurat… Karena batasan ini akan berlaku bahkan ketika tidak ada jaringan terestrial yang berdekatan atau ketika jaringan tersebut telah rusak akibat bencana alam., batas agregat tidak perlu membatasi cakupan dan kualitas konektivitas langsung ke seluler meskipun tidak ada risiko interferensi pita yang berdekatan,” kata SpaceX dalam pengajuannya.