Starlink Elon Musk Bikin Pengusaha Satelit RI Gigit Jari, Bisnis VSAT Meredup

Rika Anggraeni
Rabu, 29 Mei 2024 | 20:25 WIB
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) mengkhawatirkan bisnis internet lokal berbasis satelit  tidak akan bertahan dalam kurun lima tahun ke depan, imbas Starlink yang resmi beroperasi di Indonesia. Satelit orbit rendah milik Elon Musk itu menawarkan produk yang jauh lebih murah.

Sekjen ASSI Sigit Jatiputro mengatakan bahwa kekhawatiran itu seiring dengan jumlah pelanggan baru dari Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang terpantau sudah berpindah ke Starlink.

Perpindahan pelanggan tersebut imbas dari harga langganan dan harga perangkat Starlink yang lebih murah dibandingkan harga yang ditawarkan pemain VSAT lokal.

Contohnya, Sigit menuturkan bahwa harga internet VSAT lokal unlimited yang paling murah dibanderol Rp3,5 juta per bulan, sedangkan harga Starlink unlimited hanya Rp750.000 per bulan.

Begitu pun dengan harga perangkat dari pemain lokal adalah Rp9,1 juta, sedangkan promosi yang ditawarkan Starlink adalah Rp4,6 juta.

Dari sana, Sigit melihat bahwa pemain eksisting VSAT lokal sudah terlihat mengalami sinyal penurunan dari segi penjualan untuk segmen bisnis korporasi dan ritel, meski Starlink baru beroperasi di Tanah Air, tepatnya pada 19 Mei 2024.

“VSAT itu jarang dipakai di ritel, kebanyakan di bisnis. Nah, Starlink yang residensial bisa dipakai di bisnis. Jadi, sebenarnya harga di bisnis lebih murah dan di ritel, tetapi masalahnya kami terimbas baik di korporasi dan ritel,”  kata Sigit saat ditemui di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Adapun hingga saat ini, Sigit menuturkan bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 15 pemain lokal VSAT. Menurutnya, kelima belas perusahaan VSAT ini juga merasakan hal yang sama dengan hadirnya satelit layanan internet milik Elon Musk.

“Kalau diambil ekstremnya mungkin pemain VSAT dalam negeri tidak akan bertahan dalam setahun,” ujarnya.

Pemicunya adalah harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan pemain lokal. Menurutnya, harga Starlink yang rendah membuat pemain eksisting tidak bisa tumbuh.

“Semua kalah dari sisi harga jauh banget. Gimana mau survive?” imbuhnya.

Meski demikian, Sigit mengaku bahwa asosiasi hanya mengikuti jalan terbaik yang ditetapkan pemerintah.

“Kami nurut aja, kan kalau suatu perusahaan diizinkan [berusaha] di sini, artinya pemerintah udah memikirkan baik buruknya, kami ngikut aja. Kalau menurut pemerintah ini baik, kami jalankan,” ujarnya.

Di sisi lain, Sigit melihat bahwa bisnis fiber optik seperti IndiHome Cs masih tetap kuat di tengah masuknya Starlink. Namun, jika Starlink melakukan ekspansi kapasitas bisnis, maka akan mengancam pemain lokal

“Kita nggak ada yang tahu pasti. Tetapi menurut saya, semua [pemain lokal] akan terimbas dalam lima tahun, semua terimbas,” tambahnya.

Meski demikian, ASSI juga mengkhawatirkan Starlink dapat mengancam pemain operator seluler GSM. “Karena kita tahu, mungkin direct to device commercial Starlink yang langsung ke hp mungkin tahun depan. Itu akan jadi ancaman GSM operator, walaupun mereka main di rural dan kota adalah fase kedua,” pungkasnya.

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper