Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyampaikan bahwa infrastruktur teknologi 5G membutuhkan investasi dalam jumlah yang besar.
Kepala Biro Perencanaan Setjen Kementerian Kominfo Arifin Saleh Lubis mengatakan bahwa tidaklah mudah untuk mewujudkan jaringan 5G. Sebab, kecepatan yang ditawarkan jaringan ini juga tinggi.
“5G ini kan investasinya besar. Jadi enggak mudah untuk 5G. 5G itu kalau speed-nya besar, dia akan investasi besar. Itu dari sisi infrastruktur,” kata Arifin dalam acara Ericsson Imagine Live 2024, di Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Terlebih, Arifin menjelaskan bahwa gelaran 5G dan 4G membutuhkan peralatan yang berbeda. “Sedangkan operator ARPU [average revenue per user] itu rendah,” ujarnya.
Sejalan dengan kecepatan 5G yang tinggi, Arifin menuturkan infrastruktur 5G juga membutuhkan pusat data yang besar alias data center.
“Kita juga harus berpikir, infrastruktur itu kalau dia speed-nya tinggi, high speed, dia pasti butuh data. Datanya juga besar. Kalau big data, berarti kita harus punya storage, kita harus punya data center,” imbuhnya.
Adapun saat ini, Arifin mengaku bahwa Kemenkominfo tengah merekomendasikan regulasi yang berkaitan dengan data center.
Sementara itu, Direktur Penataan Sumber Daya Kemenkominfo Denny Setiawan melihat adanya potensi ekonomi 5G di Tanah Air.
Dalam laporan The 5G Economy in Post-Covid-19 (2020) menunjukkan kontribusi bersih tahunan 5G terhadap pertumbuhan mencapai US$209 miliar–US$210 miliar.
“Untuk Indonesia, saya pikir potensi ekonomi 5G sangat cepat, dan kami melihat bahwa produksi 5G terhadap PDB global juga cukup menarik,” ujarnya.
Merujuk laporan e-Conomy SEA Report 2023, Denny menyampaikan bahwa GMV ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$109 miliar pada 2025 dan US$210–US$360 miliar pada 2030 mendatang.