Author

Raymond R. Tjandrawinata

Profesor di Unika Atma Jaya

Lihat artikel saya lainnya

OPINI: Evolusi Ilmu dalam Konteks Filsafat Ilmiah dan Pengaruhnya ke Kesejahteraan

Raymond R. Tjandrawinata
Minggu, 26 Mei 2024 | 18:11 WIB
Ilustrasi evolusi ilmu di sektor teknologi berupa hadirnya kecerdasan buatan /PSA
Ilustrasi evolusi ilmu di sektor teknologi berupa hadirnya kecerdasan buatan /PSA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Filsafat, khususnya cabang yang mengeksplorasi epistemologi (studi tentang pengetahuan), adalah tempat sains menemukan akarnya. Ilmu dalam konteks filsafat terus mengalami perkembangan yang berdampak pada ke kesejahteraan masyarakat.

Epistemologi menyelidiki sifat, asal-usul, dan batasan pengetahuan manusia. Dalam bidang ini, terdapat dua aliran utama mengenai bagaimana kita memperoleh pengetahuan yaitu dengan empirisme dan rasionalisme.

Empirisme, yang didukung oleh pemikir Inggris seperti John Locke, berpendapat bahwa pengetahuan berasal secara eksklusif dari pengalaman indrawi.

Locke berpendapat bahwa pikiran manusia saat lahir adalah tabula rasa, atau lembaran kosong, yang secara bertahap diisi dengan informasi melalui pengalaman. Sebaliknya, kaum rasionalis seperti René Descartes dan Immanuel Kant berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan gagasan bawaan yang membantu mereka memahami dan menafsirkan dunia.

Menurut kaum rasionalis, konsep dan prinsip bawaan ini penting untuk memahami pengalaman dan perkembangan pengetahuan ilmiah.

Adapun metode ilmiah, seperti yang kita kenal sekarang, berkembang melalui kontribusi banyak filsuf dan ilmuwan yang menjembatani kesenjangan antara filsafat dan penyelidikan empiris.

Metode ini melibatkan perumusan hipotesis (penalaran a priori) berdasarkan pengamatan dan kemudian menguji hipotesis tersebut melalui eksperimen (verifikasi a posteriori) untuk menentukan validitasnya.

Proses perumusan dan pengujian hipotesis ini merupakan dasar dari semua cabang ilmu pengetahuan modern seperti fisika, kimia hingga biologi.  Berbagai disiplin ilmu secara bertahap muncul dari filsafat alam pada berbagai titik dalam sejarah

Dari Filsafat Alam ke Ilmu Pengetahuan Modern

Transisi dari filsafat alam ke ilmu pengetahuan modern bukan hanya perubahan dalam terminologi tetapi juga perubahan mendalam dalam cara pengetahuan dikejar dan divalidasi.

Perubahan ini menekankan pengamatan, eksperimen, dan penggunaan bukti empiris untuk mendukung atau menyangkal hipotesis. Seiring waktu, setiap disiplin ilmu menyempurnakan metodenya dan memperluas cakupannya, berkontribusi pada lanskap ilmu pengetahuan yang luas dan beragam seperti yang kita kenal sekarang.

Setelah Perang Dunia I, sekelompok pemikir yang dikenal sebagai Lingkaran Wina memperkenalkan cara berpikir baru yang disebut positivisme logis.

Pada awal abad ke-20, mereka berpendapat bahwa satu-satunya informasi yang valid adalah informasi yang dapat dipelajari melalui sains. Selain itu, logika dan matematika harus mampu menjelaskan sebagian besar, jika tidak seluruh, dari pengetahuan kita.

Filsafat, menurut mereka, bertugas memberikan definisi yang jelas dan aturan logis yang membantu memahami mengapa sains adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang penting.

Karl Popper, seorang positivis logis, memperkenalkan cara mendefinisikan sains berdasarkan prinsip falsifiabilitas.

Menurut Popper, sebuah teori ilmiah harus bisa dibuktikan salah untuk dianggap ilmiah. Jika teori tersebut selalu benar dan tidak pernah bisa dibuktikan salah, maka itu hanya merupakan keyakinan atau pseudoscience (sains palsu).

Meskipun banyak yang menyetujui pandangan Popper, tantangan muncul dari Kurt Gödel, seorang matematikawan Austria, yang menunjukkan bahwa dalam sistem aksiomatik, tidak semua aturan aritmatika dapat dibuktikan hanya dari asumsi-asumsi sistem tersebut.

Thomas Kuhn dalam karyanya "The Structure of Scientific Revolutions" menambahkan bahwa sains tidak seobjektif yang dibayangkan Popper.

Kuhn memperkenalkan konsep "pergeseran paradigma," di mana perubahan besar dalam teori ilmiah terjadi setelah banyak eksperimen gagal dan membutuhkan pemikiran ulang yang mendalam terhadap teori standar.

Halaman:
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper