Bisnis.com, JAKARTA - Satelit orbit rendah Starlink milik Elon Musk resmi masuk Indonesia. Salah satu pengguna di Kabupaten Bandung Barat mengaku kecepatan internet dari satelit ini dapat mencapai di atas 300 Mbps meski di tengah kondisi hujan.
Akun Twitter (x.com) @drayanaindra memposting penampakan perangkat penangkap sinyal Starlink beserta kecepatannya pada Jumat (3/5/2024). Dalam foto yang diunggah terlihat sebuah antena segi empat menghadap ke langit. Ada sebuah kabel yang menghubungkan antena tersebut dengan sumber energi.
Akun tersebut mengaku membeli perangkat tersebut seharga Rp8 jutaan melalui website resmi http://starlink.com. Harga tersebut meliputi biaya layanan Rp750.000/bulan, perangkat Rp7,8 juta dan pemasangan/instalasi 345.000.
“[lokasi] Cigugur Girang, Parongpong, Bandung Barat,” tulis @drayanaindra dikutip.
Drayanaindra mengaku pemasangan perangkat sangat mudah dicolok ke sumber listrik. Tidak ada harga tambahan dari bea cukai.
Drayanaindra menyampaikan bahwa perangkat tersebut sebaiknya digunakan untuk pedesaan dan daerah rural yang tidak terjangkau serat optik. Pasalnya, jika dibandingkan dengan harga layanan serat optik, Starlink jauh lebih mahal.
“Rumah saya di lembah tidak terjangkau FO (fiber optik). Kalau di perumahan pakai FO saja,” tulisnya.
Dia juga mengatakan bahwa secara kualitas layanan, saat hujan dan mendung, kecepatan internet Starlink tetap tinggi mencapai di atas 300 Mbps.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meminta agar operator telekomunikasi lokal tidak perlu khawatir dengan masuknya satelit Starlink milik Elon Musk ke Indonesia.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan bahwa masuknya Starlink sudah melalui kajian dan sisi ekonomis, termasuk memperhitungkan kedatangan investor asing apakah akan mengganggu atau menggerus operator lokal atau tidak.
Usman menjelaskan bahwa satelit orbit bumi rendah itu telah melalui kajian dan penataan sehingga kompetisi yang muncul bukan persaingan yang sempurna. Artinya, lanjut Usman, jika persaingan ditata dengan baik maka kepentingan dan pelayanan publik akan diutamakan.
“Menurut saya, kita nggak usah takut dengan kompetisi, kalau nggak ada kompetisi itu repot. Itu artinya terjadi monopoli, kalau monopoli itu di zona aman, kita nggak berkembang dan nggak berubah,” kata Usman dalam acara Ngopi Bareng di Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
Lebih lanjut, Usman menekankan bahwa pemerintah juga telah menata kompetisi pemain telekomunikasi seiringnya masuknya Starlink yang akan diuji coba di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada pertengahan Mei ini.
“Jangan khawatir, karena pemerintah akan menata persaingannya seperti apa, dan persaingan akan meningkatkan pelayanan publik,” ujarnya.