Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan agar posisi kota-kota besar dalam negeri di pemeringkatan smart city global bisa terkerek. Jakarta tertinggal dari Hanoi.
Berdasarkan survei Smart City Indeks (SCI) Institute Management and Development (IMD), tiga kota besar Indonesia seperti Jakarta, Medan, dan Makassar, masih di bawah kota-kota di negara tetangga seperti Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok (Thailand), dan Hanoi (Vietnam).
Dari 142 kota dunia, Jakarta menempati peringkat 103. Turun 1 peringkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara Medan, tidak bergeser dari peringkat 112, dan Makassar yang terpeleset 1 peringkat ke urutan 115.
Presiden Smart City Observatory IMD World Competitiveness Center, Bruno Lanvin, mengatakan sejumlah faktor seperti polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan keamanan, memiliki peran penting dalam menentukan peringkat kota-kota di Indonesia di tatatan dunia.
Berdasarkan survei, warga Jakarta mengidentifikasi 3 permasalahan utama yang perlu segera mendapat pemerintah daerah. Meliputi, polusi udara (68,4%), kemacetan lalu lintas (66%), dan korupsi (51,7%).
Sebaliknya, responden menyatakan tingkat kepuasan terhadap kemudahan mengakses jadwal dan membeli tiket angkutan umum secara online (skor 83,2), penjadwalan layanan kesehatan secara online (skor 81,1), serta akses portal pencarian kerja online (skor 81).
Di Medan, 3 masalah utama yang mendapat sorotan adalah keamanan (58,3%), pengangguran (53,2%), dan korupsi (52,7%).
Namun responden menyatakan puas dengan dunia usaha yang menciptakan banyak lapangan kerja (skor 78,3), kemudahan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 77,8), dan pencarian kerja online (skor 77).
Sementara itu, responden Makassar menyoroti 3 permasalahan utama. Yakni, kemacetan lalu lintas (52,6%), pengangguran (52,5%), dan korupsi (49,6%).
Sisi positifnya, responden menyatakan kepuasan terhadap kemudahan penjadwalan layanan kesehatan secara online (skor 74), mengakses peluang kerja secara online (skor 73,9), dan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 72,1).
“Data SCI relevan untuk membantu upaya merancang ibu kota baru di Nusantara. Sebab, hasil riset ini memberikan pedoman dan gambaran bagaimana inovasi dan pengembangan kota-kota masa depan,” ujarnya dikutip dari keterangan resmi, Selasa (23/4/2024).
Perlu diketahui, kota pintar dirancang memiliki teknologi maju, berkontribusi kepada kualitas hidup manusia yang tinggal didalamnya, mendorong kelestarian lingkungan, dan membuka kesempatan dan kesetaraan bagi penduduknya.
Oleh karena itu, kota-kota perlu memastikan bahwa kelompok marginal seperti penyandang disabilitas, lansia, kelompok minoritas, UMKM, dan startup mendapat dukungan yang memadai.