Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi pembayaran milik raksasa teknologi Google, Google Pay akan ditutup di Amerika Serikat, karena sudah digantikan oleh Google Wallet per 4 Juni 2024.
Alhasil, pengguna sudah tidak lagi dapat mengirim, meminta, atau menerima uang melalui aplikasi Google Pay. Selain itu, layanan peer-to-peer (P2P) juga sudah tidak bisa dilakukan.
Oleh karena itu, pelanggan harus mentransfer saldo Google Pay mereka ke rekening bank melalui aplikasi. Kendati demikian, pelanggan masih mampu menggunakan aplikasi Google Pay untuk menemukan penawaran dan promo di Google.
Melansir dari TechCrunch, langkah ini dilakukan untuk menyederhanakan aplikasi pembayarannya. Adapun saat ini aplikasi Google Pay hanya tersedia di Singapura dan India.
Diketahui, Google Wallet kini telah menggantikan Google Pay, dengan jumlah pengguna lima kali lebih banyak di 180 negara.
Hal ini tidak terlepas karena layanan Google Wallet yang mampu untuk menangani lebih dari pembayaran, seperti tiket transportasi, kartu identitas negara, SIM, kunci mobil virtual.
Adapun, Google Wallet merupakan layanan yang diluncurkan pada 2011. Pada saat itu, sistem ini merupakan sistem ketuk untuk membayar yang diluncurkan beberapa tahun sebelum Apple Pay (2014), didukung oleh Mastercard dan pengecer seperti Macy's.
Untuk diketahui, sebelumnya Android Pay dan Google Wallet dilebur dan berganti nama menjadi Google Pay. Namun, kini semuanya kembali berada di bawah payung Google Wallet.
Diketahui, hal ini terjadi kurang hanya satu bulan setelah CEO Google, Sundar Pichai mengatakan akan ada lebih banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi pada 2024. Saat itu, alasannya adalah merampingkan perusahaan guna mendorong kecepatan dalam bekerja.
Dikutip dari The Verge, dalam memo internal Sudar mengatakan perampingan ini juga dilakukan karena Google akan melakukan banyak investasi pada 2024. Google tengah fokus mengembangkan AI.
Sebagai informasi, perusahaan raksasa teknologi ini sudah beberapa kali mengumumkan kabar PHK.
Pada Januari 2023, perusahaan induk Google, Alphabet mengumumkan rencana untuk memangkas 12.000 pekerja atau sekitar 6% dari keseluruhan tenaga kerja global.
Kemudian, secara bertahap kembali mengurangi jumlah karyawannya sembari menambah karyawannya. Sampai pada September 2023 Google memiliki 182.381 karyawan dari sebelum pandemi sebanyak 190.700 karyawan, atau hanya berkurang 8.319 orang.
Kemudian, kabar PHK kembali terdengar pada Januari 2024 seiring dengan perampingan bisnis perangkat lunak milik Google ataupun yang sempat diakuisisi Google, yakni Pixel, Nest, dan Fitbit.
Lalu, hanya selang beberapa hari, Google kembali PHK ratusan karyawan yang bekerja di divisi asisten digital, perangkat keras, dan tim engineering. Selain itu, beberapa tim lain juga mengalami perubahan pekerjaan dan adanya penghapusan sejumlah posisi secara global.