Bos Ericsson Ungkap Masa Depan 5G di RI dan Asean, Redup Seperti India?

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 31 Januari 2024 | 11:27 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisinis.com, JAKARTA - Ericsson, perusahaan telekomunikasi dan jaringan multinasional yang bermarkas di Swedia, menilai pasar Indonesia 5G masih sangat potensial untuk berkembang. Pengembangan teknologi baru di Tanah Air masih tahap awal sehingga masih dapat dioptimalisasi. 

Head of Ericsson Indonesia Krishna Patil mengatakan saat ini Ericsson telah berhasil menerapkan jaringan 5G di 152 lokasi langsung di 65 pasar di seluruh dunia. 

Di industri telekomunikasi Indonesia, Ericsson telah menjadi bagian integral sejak tahun 1907. Perusahaan berperan untuk membawa berbagai generasi konektivitas dan menjadi pelopor dalam mewujudkan evolusi dari 2G, 3G, 4G, hingga yang terkini 5G.

Ericsson, kata Krishna, berkomitmen untuk menciptakan tahap awal infrastruktur 5G di kawasan Asia Tenggara dan Indonesia serta fokus untuk mengembangkan ragam penawaran layanan bagi konsumen dan perusahaan. 

“Hal ini juga terjadi di pasar Indonesia di mana 5G masih ada dalam tahap awal. Untuk mendapatkan manfaat penuh dari konektivitas 5G, sangat penting bagi pemerintah untuk menyediakan spektrum yang memadai,” kata Krishna kepada Bisnis, Rabu (31/1/2024). 

Ilustrasi jaringan 5G di kota pintar
Ilustrasi jaringan 5G di kota pintar

Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana menggelar seleksi spektrum frekuensi 700 MHz dan 26 GHz  pada tahun ini. Terdapat sekitar 90 MHz pita frekuensi dapat dimanfaatkan untuk 4G atau disiapkan khusus untuk 5G. 

Direktur Penataan Sumber Daya Ditjen SDPPI Kemenkominfo Denny Setiawan mengatakan saat ini Kemenkominfo tengah menyiapkan sejumlah keperluan terkait lelang seperti regulasi terkait dengan kebijakan yang melekat kepada persiapan, pelaksanaan lelangnya dan kepada pemenang lelangnya nanti. 

Dia menambahkan pada prinsipnya, lelang mengutamakan pada termanfaatkannya seluruh spektrum pada pita frekuensi yang dilelang. 

Denny belum dapat memberitahu berapa jumlah operator seluler yang akan mendapat spektrum di pita 700 MHz karena sifat lelang yang dinamis.

Kemkominfo membuka kesempatan bagi para operator seluler untuk memanfaatkan spektrum di pita frekuensi 700 MHz untuk pengembangan jaringan terkini seperti 5G, untuk meningkatkan kualitas layanannya kepada masyarakat, dan mendongkrak daya saing Indonesia di level internasional.

Adapun jika pemerintah mendorong 700 MHz untuk 5G, maka lelang berpeluang hanya dimenangkan oleh satu operator seluler untuk 2x45 MHz. Tetapi jumlah 2x45 MHz sendiri masih jauh dari ideal untuk spektrum 5G yaitu 100 MHz. 

Sementara itu secara ekosistem, beberapa negara seperti India, Australia, Jepang, Filipina hingga Thailand telah menggunakan 700 MHz untuk 5G. Sementara itu Malaysia, Brunei, Vietnam dan Indonesia masih sebatas rencana menurut laporan GSA. 

Krishna mengatakan kehadiran spektrum frekuensi baru akan menjadi angin segar bagi pengembangan 5G ke depan di Indonesia. 

“Setelah spektrum sudah tersedia, kami yakin penjualan 5G di Indonesia akan berkontribusi positif untuk pertumbuhan penjualan di pasar Asia Tenggara, Oseania, dan India di tahun-tahun kedepannya," kata Krishna.

Logo Ericsson
Logo Ericsson

Menurut laporan Ericsson Mobility Report 2023, langganan 5G akan mencapai sekitar 550 juta di pasar Asia Tenggara dan Oseania pada akhir 2029. Ditambah, data traffic jaringan seluler per smartphone terus bertumbuh pesat di Asia Tenggara dan Oseania yang diperkirakan akan mencapai sekitar 66GB per bulan di tahun 2029 dari 24GB per bulan di tahun 2023. 

Sebelumnya, diberitakan oleh The Economic Times (ET), perusahaan telekomunikasi di India diperkirakan memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex) 5G pada 2024 usai jorjoran investasi selama 18 bulan belakangan. 

Perusahaan dimaksud yakni Reliance Jio dan Bharti Airtel, yang disebut menghabiskan secara kolektif US$25 miliar untuk investasi jaringan maupun spektrum 5G selama satu 1,5 tahun sebelumnya. 

Direktur Utama Bharti Airtel menyebut perusahaannya dan Jio telah secara kolektif menghabiskan investasi setara Rp395,72 triliun (sesuai kurs jisdor BI per dolar AS 26 Januari 2024). 

Namun demikian, investasi itu disebut menjadi beban yang cukup besar lantaran tidak berbanding lurus dengan pendapatan perusahaan. Apalagi, kedua perusahaan menawarkan layanan 5G dengan tarif 4G. 

Sejumlah analis pun memperkirakan belanja modal di India untuk investasi 5G akan berkurang sepanjang 2025-2026.

Moderasi dalam belanja investasi perusahaan-perusahaan telekomunikasi nasional di India diperkirakan bakal berdampak juga pada perusahaan asing yang ada di sana, seperti Nokia maupun Ericsson.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper