Bisnis.com, JAKARTA – Konsumsi listrik data center diperkirakan meningkat 2 kali lebih banyak dalam 2 tahun mendatang. Mata uang kripto dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) disebut menjadi kontributor utama. Sejalan dengan hal itu, kapasitas di pusat data turut melesat.
Mengutip laporan terbaru International Energy Agency (IEA), mata uang kripto, AI, dan data center menyumbang sekitar 2% permintaan listrik global pada 2022. Dengan total penggunaan sebesar 460TWh.
“Penambangan kripto sendiri diperkirakan menghabiskan hampir seperempat konsumsi listrik dan menghabiskan 110TWh pada 2022,” tulis IEA seperti dikutip Bisnis.com dari The Verge, Kamis (25/1/2024).
Dari segi persebaran, Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan pusat data terbanyak mencapai 8.000 titik. Setara dengan 33% dari total data center di dunia. AS juga merupakan negara dengan penambangan Bitcoin terbanyak.
IEA memperkirakan pertumbuhan konsumsi listrik pusat data di AS meningkat dari sekitar 4% pada 2022 menjadi 6% pada 2026.
Selain AS, Irlandia menjadi negara dengan konsumsi listrik data center terbesar. Sebanyak 82 titik data center di negara tersebut tercatat menyumbang 17% konsumsi listrik negara pada 2022.
Dengan pembangunan 54 pusat data baru, seluruh data center di Irlandia diperkirakan bakal mencapai hampir sepertiga dari keperluan listrik tahunan negara tersebut.
Peningkatan permintaan listrik ini sendiri dinilai menjadi tantangan bagi sistem kelistrikan global. Tidak hanya di Irlandia, keperluan listrik data center dilaporkan telah mempersulit penambahan pembangunan perumahan.
Di Texas, pusat penambangan Bitcoin di AS yang harus bergulat dengan penambangan kripto baru, menambah tekanan pada jaringan listriknya yang sudah berusia tua.
Sementara itu di Indonesia, perusahaan telekomunikasi terus memperkuat bisnis mereka di pusat data.
BDX Indonesia, perusahaan patungan Indosat, Lintasarta, dan BDX Data Centers, belum lama ini mengakuisisi 46 pusat data milik Indosat senilai Rp2,62 triliun.
Akuisisi ini diklaim membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru seiring dengan kehadiran infrastruktur pusat data berbasis AI.
CEO BDx Data Centers Mayank Srivastava mengatakan bahwa kolaborasi yang terjalin membantu perusahaan dalam pengenalan standar operasi tinggi, teknologi mutakhir, dan transfer pengetahuan yang akan membantu mengembangkan industri pusat data di Indonesia.
“Kami siap menjadi mitra pilihan untuk digitalisasi di Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan peran strategis Indosat dalam menginisiasi pertumbuhan infrastruktur pusat data berbasis AI di Indonesia.
Dia menyampaikan langkah ini menunjukkan tekad Indosat bersama Lintasarta dan BDx Data Centers dalam memajukan Indonesia di kancah perkembangan AI Cloud di skala internasional.
“Akuisisi ini tidak hanya menandai peran strategis Indosat dalam mengakselerasi pertumbuhan infrastruktur pusat data berbasis AI, tapi juga juga menjadi bentuk komitmen Indosat dalam menangkap peluang pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia," kata Vikram.
Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memperkirakan pusat data atau data center Neutra DC Batam dapat beroperasi dan melayani pelanggan korporasi pada kuartal I/2025. Menjadi mesin pertumbuhan baru bagi perusahaan telekomunikasi plat ke depan.
SVP Corporate Communication & Investor Relation, Ahmad Reza mengatakan salah satu tujuan pembangunan data center di Batam adalah untuk menangkap kebutuhan data center yang meningkat, termasuk dari pasar Singapura. Oleh karena itu, Telkom berharap dapat mengakomodasi kebutuhan data center Singapura di green data center Batam.
“Saat ini, pembangunan data center memasuki progress pembangunan sipil. Data center Batam diestimasi akan RFS (ready for service) pada Q1 2025,” kata Reza.