Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) finansial yang sudah berstatus unicorn, Xendit melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan, dengan jumlah yang tidak disebutkan.
Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven mengatakan ini merupakan keputusan yang sulit, tetapi perusahaan terpaksa melakukannya demi bisnis yang lebih bertahan lama dan peningkatan profitabilitas.
“Kami merasa perlu untuk menyelaraskan sumber daya dengan strategi bisnis, mengoptimalkan efisiensi tim kami, dan memastikan bahwa kami berada pada posisi terbaik untuk mengejar peluang pertumbuhan baru,” ujar Mikiko dalam keterangan kepada Bisnis, Senin (22/1/2024).
Mikiko pun mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim yang telah berkontribusi terhadap kesuksesan dan pertumbuhan perusahaan.
Kendati demikian, Mikiko mengatakan upaya ini tidak akan berdampak pada komitmen perusahaan untuk memberdayakan klien dan membangun solusi teknologi finansial yang inovatif.
Mikiko mengatakan Xendit akan tetap menjadi gerbang pembayaran terkemuka di Indonesia dan Filipina. Selain itu, Xendit juga memiliki target jangka panjang untuk membangun infrastruktur pembayaran di seluruh Asia Tenggara.
Sebagai informasi, Xendit merupakan perusahaan teknologi finansial yang menyediakan solusi pembayaran dan menyederhanakan proses pembayaran bisnis di Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, Xendit menjadi startup finansial pertama yang berstatuskan unicorn atau memiliki nilai valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14,8 triliun pada 2021. Hal ini tidak terlepas dari adanya pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management sebanyak US$150 juta.
Kemudian, pada kuartal II/2022, Xendit kembali mendapatkan pendanaan seri D senilai US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner, yang diikuti oleh Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo dan Goat Capital.