Google Chrome Uji Coba Fitur Baru, Tiru Safari dan Mozila?

Annasa Rizki Kamalina
Sabtu, 6 Januari 2024 | 15:40 WIB
Ilustrasi browser komputer/Creative Commons
Ilustrasi browser komputer/Creative Commons
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Google Chrome mulai menguji perubahan pada cara perusahaan melacak pengguna secara online, yakni dengan menonaktifkan cookie pihak ketiga atau third-party cookies.

Melansir dari BBC News, Sabtu (6/1/2024), fitur baru di browser Chrome akan menonaktifkan cookie pihak ketiga, yaitu file kecil yang disimpan di perangkat Anda untuk mengumpulkan data analitik, mempersonalisasi iklan online, dan memantau penjelajahan.

Pada tahap awal, fitur ini akan tersedia untuk 1% pengguna global atau sekitar 30 juta orang. Google menggambarkan perubahan tersebut sebagai sebuah uji coba, dengan rencana peluncuran penuh untuk menghilangkan cookie pada akhir 2024.

Namun, beberapa perusahaan iklan mengkhawatirkan dampak dari penerapan blokir tersebut. Pasalnya, Google Chrome adalah browser internet paling populer di dunia. 

Saingannya seperti Safari Apple dan Mozilla Firefox, yang menghasilkan trafik internet jauh lebih sedikit, sudah menyertakan opsi untuk memblokir cookie pihak ketiga.

Google mengatakan pengguna yang dipilih secara acak akan ditanya apakah mereka ingin "menjelajah dengan privasi lebih". 

Wakil Presiden Google Anthony Chavez mengatakan dalam sebuah unggahan pribadi, bahwa Google mengambil langkah pendekatan yang bertanggung jawab untuk menghapus secara bertahap cookie pihak ketiga di Chrome. 

"Jika sebuah situs tidak berfungsi tanpa cookie pihak ketiga dan Chrome mengetahui bahwa Anda mengalami masalah... kami akan meminta Anda dengan opsi untuk mengaktifkan kembali cookie pihak ketiga untuk sementara waktu untuk situs web tersebut," ujarnya.

Google mengatakan pihaknya berupaya menjadikan internet lebih pribadi. Namun dari sudut pandang banyak situs web, cookie adalah bagian penting dalam melakukan penjualan iklan.

Sementara bagi sebagian orang, mungkin adanya iklan saat mengunjungi situs mungkin terasa mengganggu. Banyak orang memiliki pengalaman mengunjungi situs web, atau melakukan pembelian dan kemudian iklan terkait muncul di semua situs yang mereka kunjungi.

Cookies dapat digunakan untuk mencatat berbagai macam data tentang pengguna antara lain, apa yang pengguna lakukan di situs, lokasi pengguna, jenis perangkat yang digunakan, hingga aplikasi apa yang dikunjungi setelahnya.

Wakil Presiden Inggris Phil Duffield di The Trade Desk, yang mengoperasikan platform bagi perusahaan untuk membeli iklan online, menyinggung bahwa solusi dari Google ini kemungkinan besar tidak akan menguntungkan siapa pun kecuali Google itu sendiri.

"Melindungi privasi konsumen secara online tidak berarti mempersulit penerbit untuk memperoleh pendapatan. Industri periklanan mempunyai misi kolektif untuk membangun sesuatu yang lebih baik,” ujar Duffield.

Meski demikian, Pengawas Persaingan Usaha di Inggris, Otoritas Persaingan dan Pasar, dapat memblokir rencana tersebut jika menyimpulkan bahwa rencana tersebut akan merugikan bisnis lain, termasuk bisnis iklan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper