Melemah Sinyal Internet Papua Pegunungan, Satria-1 Jadi Tumpuan

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 10 Desember 2023 | 13:27 WIB
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Bagikan

Teman Satria-1

Government & Public Relation PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera (IBS) Benyamin Sembiring mengatakan layanan internet yang makin lambat di sejumlah titik kemungkinan karena jumlah pengguna internet di titik tersebut bertambah pesat. 

Sebagai contoh, lanjutnya, program BTS Bakti mengalami lonjakan trafik yang signifikan. Sejak pertama kali berdiri pada 2021, jumlah pengguna internet telah bertambah dari hanya puluhan menjadi ratusan. Hal itu juga terjadi di titik-titik VSAT Bakti Akses Internet.   

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, menurut Benyamin, pemerintah harus menambah bandwidth karena jumlah trafik data akan terus melesat ke depan. 

“Sekarang kalau mereka hanya memakai whatsapp, tidak masalah. Tetapi kan ini juga digunakan untuk YouTube dan video. Tidak mungkin kita mengatur penggunaan internet warga,” kata Benyamin. 

BTS 4G Bakti Kemenkominfo di Kecamatan Asotapo, Desa Asotapo, Papua Pegunungan.
BTS 4G Bakti Kemenkominfo di Kecamatan Asotapo, Desa Asotapo, Papua Pegunungan.

Sekadar informasi, PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera (IBS) adalah salah satu konsorsium yang memiliki tanggung jawab untuk membangun infrastruktur internet di Papua Pegunungan. 

Berdasarkan catatan mereka, jumlah pengguna internet di sana terus bertambah, pun dengan permintaan titik-titik baru karena warga mulai merasakan manfaat internet. 

Untuk memenuhi kebutuhan internet yang tinggi itu, dia menyarankan tambah bandwidth lewat serat optik atau satelit. 

“Kalau pinggiran kota Papua Pegunungan, mungkin bisa VSAT [satelit] dahulu,” kata Sembiring. 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan untuk Papua Pegunungan cara tercepat adalah menambah kapasitas dengan satelit.

Penggelaran serat optik banyak tantangan mulai dari medan untuk penarikan fiber yang jauh, termasuk cuaca, keamanan dan perawatannya. 

“Yang paling memungkinkan dan efisien adalah dengan satelit. dengan beam yang memang sudah didesain mencakup keseluruhan Papua Pegunungan,” kata Ian. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat jika melihat pada parameter kebutuhan, jika kebutuhannya adalah rendah atau hanya untuk aktivitas laporan dengan jumlah pengguna yang relatif sedikit dibandingkan dengan kota besar seperti di Jakarta, Bandung dan lain sebagainya, yang paling tepat adalah satelit. 

“Satelit bisa dilakukan. Tetapi kalau kebutuhan akses datanya sangat besar, mau tidak mau harus menggunakan serat optik untuk akses. Apalagi misalnya jaringan tulang punggung nasional,” kata Heru. 

Satelit Satria-1 saat peluncuran
Satelit Satria-1 saat peluncuran

Parameter lainnya adalah kecepatan untuk menjangkau pasar. Satelit menjadi solusi tepat jika waktu untuk menjangkau pasar singkat atau harus segera dilakukan. Tetapi kalau misalnya tidak harus cepat, bisa membangun BTS terlebih dahulu. 

Satelit memiliki keterbatasan di kapasitas. Dengan jumlah pengguna yang makin banyak, sudah barang tentu layanan akan makin lambat. Sementara itu untuk membangun serat optik, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan juga perlu ada kajian mengenai akses. 

“Dengan melihat kebutuhan sekarang, maka kecepatan internet di sana sudah harus di atas 2 Mbps. Jadi harus dihitung ulang penyediaan akses internet di seluruh Indonesia. Jika tidak terjadi bagaimana kita bisa menjadi digital Hub di Asia? karena ke depan ini akan menjadi infrastruktur dasar untuk perekonomian, ” kata Heru. 

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper