Bisnis.com, JAKARTA - Transformasi digital membuka banyak peluang baru bagi bisnis. Namun, bersamaan dengan peluang tersebut, transformasi digital juga membawa risiko terutama dalam hal keamanan data.
Masih ingat kasus kebocoran data yang terjadi pada Yahoo? Kasus kebocoran data Yahoo adalah salah satu kasus serangan siber terbesar di dunia yang terjadi pada tahun 2013 dan berdampak pada sekitar 3 milyar akun pengguna. Insiden ini membuat Yahoo harus membayar denda sebesar US$117,5 juta atau setara dengan Rp1,65 triliun (asumsi US$1=Rp 14.000).
Bukan hanya di luar negeri, kasus kebocoran data juga menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Salah satu peretas yang mencuri perhatian banyak pihak adalah Bjorka. Tidak main-main, Bjorka diduga telah melakukan pencurian berbagai jenis data, diantaranya 26 juta data histori pencarian dan user info perusahaan layanan komunikasi, 1,3 milyar data registrasi SIM Card, data KPU RI yang meliputi 105 juta data masyarakat Indonesia, doxing pejabat publik, hingga 34 juta data paspor warga Indonesia.
Sayangnya, walaupun kasus pencurian data terus meningkat, tetapi terkadang keamanan data belum jadi perhatian utama bagi perusahaan. Pada kenyataannya, aspek keamanan data seringkali ditempatkan pada urutan terakhir ketika perusahaan akan membangun sistem ataupun saat memilih vendor.
Biasanya perusahaan menempatkan fitur dan biaya sebagai prioritas utama. Padahal, jika perusahaan sudah mengalami kebocoran data dan masalah lainnya terkait keamanan, maka perusahaan bisa mengalami dampak yang sangat besar, baik dari segi materil dan non materil.
Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk menjadikan keamanan data sebagai perhatian utama dalam bisnis, hal ini perlu dilakukan agar perusahaan terhindar dari ancaman serius yang bisa mengganggu proses bisnis dan menghambat peluang-peluang yang ada.
Keamanan Data Perusahaan pada Era Transformasi Digital
Di era yang serba digital, banyak kegiatan dilakukan secara online, seperti transaksi, berinteraksi di sosial media, pengelolaan dokumen, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan informasi sensitif seperti data pribadi, informasi keuangan, atau data-data rahasia lainnya, yang mengundang tindakan kejahatan siber atau cyber crime seperti pencurian data.
Hal yang sama berlaku di perusahaan, dimana perusahaan berkaitan erat dengan data pelanggan dan data karyawan. Dengan kondisi ini, maka proses digitalisasi perlu benar-benar memperhatikan aspek keamanan agar terhindar dari ancaman kebocoran data.
Dampak Kebocoran Data bagi Perusahaan
1. Kerugian Finansial
Kebocoran data menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan karena perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan, denda, atau kompensasi kepada pihak yang dirugikan. Contoh kerugian finansial terbesar akibat peretasan data terjadi pada tahun 2017 yang menimpa Ekuifax, perusahaan biro kredit terbesar di AS, yang menyebabkan perusahaan tersebut harus membayar denda sebesar $700 juta.
Adapun menurut International Business Machines (IBM) Corporation, pada tahun 2023 rata-rata biaya yang dikeluarkan akibat pelanggaran mencapai US$4,4 juta atau sekitar 69 milyar rupiah, tentu jumlah ini bukanlah hal yang dapat dianggap remeh.
2. Hilangnya Reputasi dan Pelanggan
Adanya kebocoran data dapat menurunkan kepercayaan pelanggan terhadap keamanan informasi perusahaan, yang menyebabkan buruknya reputasi bisnis dan kepercayaan pelanggan, sehingga memungkinkan mereka memilih untuk berpindah ke perusahaan lain. Bagi karyawan, kebocoran data pribadi juga dapat berdampak pada menurunya kepercayaan dan loyalitas karyawan ke perusahaan.
3. Tuntutan Hukum
Kebocoran data menyebabkan kerugian pada korban seperti resiko penyalahgunaan identitas, ancaman keamanan, penipuan, dan masih banyak lagi. Dengan kerugian yang ditimbulkan, perusahaan terancam dituntut secara hukum. Seperti yang dialami oleh Yahoo, dimana Yahoo harus menghadapi tuntutan hukum dari penggunanya akibat kasus kebocoran data yang terjadi pada tahun 2023 dan 2014.
Cara Menjaga Data Perusahaan Tetap Aman di Era Transformasi Digital
1. Terapkan Kontrol Akses yang Kuat: Terapkan sistem pengamanan yang ketat untuk melindungi akun ataupun sistem bisnis yang berisi data-data sensitif, seperti dengan membuat kata sandi yang terdiri dari kombinasi angka, simbol, huruf kapital, dan huruf kecil, serta terapkan autentifikasi multi-faktor (MFA). Perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawan hanya dapat mengakses informasi yang mereka perlukan saja.
2. Buat Pelatihan dan Dorong Kesadaran Karyawan: Karyawan menjadi salah satu garda terdepan dalam menjaga keamanan informasi perusahaan. Maka dari itu, perusahaan perlu menyediakan program pelatihan yang komprehensif mengenai ancaman serangan siber dan bagaimana praktik terbaik dalam menjaga keamanan data.
3. Gunakan Perangkat atau Sistem yang Terjamin Keamanannya: Penggunaan perangkat lunak atau software seringkali berkaitan langsung dengan data-data sensitif, seperti software CRM yang berkaitan dengan data pelanggan, dan software HRD yang berkaitan dengan data karyawan.
Untuk menjaga keamanan data, gunakan software yang telah tersertifikasi ISO 27001, sebuah standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen keamanan informasi. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan risiko terhadap ancaman kejahatan siber, meningkatkan kredibilitas di mata publik, dan menghindari kerugian akibat kebocoran data.
Transformasi digital memang membawa peluang pertumbuhan bisnis, namun juga menghadirkan risiko pada keamanan data. Tetapi dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat, perusahaan dapat mencegah pencurian atau kebocoran data. Dengan begitu, perusahaan dapat meraih manfaat maksimal dari transformasi digital dan fokus pada kemajuan bisnis.