Bisnis.com, JAKARTA - Pemberi pinjaman terbesar China, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), membayar uang tebusan setelah diretas pekan lalu. Hal ini terungkap dalam pernyataan perwakilan kelompok ransomware LockBit yang tidak dapat diidentifikasi secara independen.
Serangan ransomware menyerang cabang ICBC AS yang mengganggu perdagangan di pasar Treasury AS pada 9 November. Namun sayangnya, perwakilan kelompok ransomware Lockbit tidak menanggapi permintaan komentar mengenai peretasan tersebut.
“Mereka membayar uang tebusan, kesepakatan tercapai,” kata perwakilan LockBit melalui Tox, sebuah aplikasi perpesanan online, dikutip dari scmp, Kamis (16/11/2023).
Runtuhnya broker AS ICBC meninggalkan ICBC dengan utang sementara sebesar US$9 miliar kepada BNY Mellon, beberapa kali lipat dari modalnya.
Peretasan tersebut sangat buruk bahkan layanan email perusahaan pun berhenti berfungsi, memaksa pengguna untuk beralih ke email Google.
Menurut Manajer Portofolio Zhiwei Ren di Penn Mutual Asset Management mengatakan pasar sebagian besar sudah kembali normal sekarang.
Dikutip dari scmp, Kamis (16/11/2023), serangan ransomware ini terjadi di saat meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas pasar Treasury senilai US$ 26 triliun, yang penting untuk distribusi sektor keuangan global, dan kemungkinan akan menarik pengawasan dari regulator.
Perlu diketahui, sansomware adalah salah satu jenis serangan siber. Peretas yang mengambil alih kendali atas sistem atau informasi dan hanya melepaskannya setelah korban membayar tebusan.
Bahkan, Juru bicara Departemen Keuangan AS tidak segera memberikan komentar pada hari Senin.
Pusat Analisis dan Pembagian Informasi Jasa Keuangan, sebuah kelompok keamanan siber industri keuangan, mengatakan perusahaan keuangan memiliki prosedur hukum yang mapan untuk berbagi informasi mengenai insiden semacam itu.
“Kami mengingatkan para anggota untuk tetap mengikuti semua langkah perlindungan dan segera menambal kerentanan kritis,” kata juru bicara dalam sebuah pernyataan, dikutip dari scmp, Kamis (16/11/2023).
Dia menambahkan bahwa ransomware tetap menjadi salah satu vektor ancaman utama yang dihadapi sektor keuangan.
Pasalnya, LockBit menjadi terkenal karena menggunakan pemerasan dan dihindari oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Lockbit dikabarkan juga pernah berulah di Indonesia dengan meretas salah satu perbankan syariah terbesar di Indonesia.
Ransomware mengancam akan melepaskan data yang dicuri jika uang tebusan tidak dibayarkan. Hanya dalam waktu tiga tahun, virus ini telah menjadi ancaman ransomware terbesar di dunia.
Jenis serangan ini dapat sangat merugikan korbannya karena dapat menyebabkan kerusakan reputasi dan kerugian finansial. Sejak aktif September 2019, kelompok ini disebut-sebut telah menyerang ribuan organisasi.
Hal ini sangat mengganggu di Amerika Serikat, dimana hal ini berdampak pada lebih dari 1.700 perusahaan Amerika di hampir semua industri, mulai dari jasa keuangan dan makanan hingga sektor sekolah, transportasi dan pemerintahan.
Pihak berwenang telah lama menyarankan agar tidak membayar penjahat ransomware dalam upaya menghancurkan model bisnis para penjahat. Tebusan biasanya diminta dalam bentuk mata uang kripto, yang sulit ditemukan dan menjamin anonimitas penerimanya.
Beberapa perusahaan diam-diam telah membayar harga atas upayanya untuk segera kembali online dengan cepat mencegah kerusakan reputasi karena data sensitif mereka disusupi dengan dirilisnya data sensitif mereka ke publik.
Korban tanpa cadangan digital yang memungkinkan mereka memulihkan sistem tanpa memerlukan kunci dekripsi terkadang tidak punya pilihan selain membayar.
Pekan lalu, peretas LockBit menerbitkan data internal raksasa pesawat Boeing dan mengklaim di situs web mereka bahwa mereka telah menyusupi sistem komputer firma hukum Allen & Overy. (Afaani Fajrianti)