Bisnis.com, JAKARTA - Negara tetangga Indonesia, Singapura menjadi negara dengan suntikan pendanaan per kapita tertinggi di dunia, karena jumlah penduduknya yang sedikit dan perekonomiannya yang stabil.
Diketahui, pendanaan per kapita adalah jumlah pendanaan yang diperoleh perusahaan rintisan (startup) dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang ada di negara tersebut.
Berdasarkan data dari Pitchbook pada September 2023, startup yang ada di Singapura ini telah meraup total pendanaan sebesar US$6,4 miliar atau sekitar Rp99,4 triliun.
Dengan demikian, jika pendanaan tersebut dibagi rata, setiap orang di Singapura setidaknya bisa mendapatkan US$1060 atau sekitar Rp16,4 juta. Diketahui, jumlah masyarakat di Singapura hanya berjumlah 6 juta penduduk.
Angka pendanaan per kapita Singapura pun melampaui Amerika dan Inggris. Dua negara yang memiliki pendanaan jumbo pada 2023, dengan masing-masing sejumlah US$117,5 miliar dan US$14,4 miliar atau sekitar Rp1.825 triliun dan Rp223,7 triliun.
Adapun masing-masing dari negara tersebut hanya memiliki pendanaan per kapita sebesar US$345 atau Rp5,3 juta dan US$212 atau sekitar Rp3,2 juta karena jumlah populasi penduduk mereka yang cukup tinggi.
Kendati demikian, Amerika masih masuk ke posisi kedua sebagai negara dengan pendanaan per kapita tertinggi kedua dan Inggris menempati posisi ke empat.
Adapun posisi ketiga justru diisi oleh Israel. Negara yang berada di Timur Tengah ini sebenarnya hanya memiliki pendanaan sebesar US$3,2 miliar atau sekitar Rp49,7 triliun.
Namun, karena jumlah penduduknya yang memang tidak sebanyak Amerika dan Inggris, jumlah pendanaan per kapita mereka mencapai US$344, selisih US$1 dengan Amerika Serikat.
Kemudian di posisi selanjutnya ada Irlandia, Swiss, Swedia, Inggris, Hong Kong, Denmark, dan Perancis.
Sebagai informasi, riset dari Morgan Stanley mengatakan pertumbuhan investasi di dunia pada 2023 tengah mengalami perlambatan. Penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi yang rendah, hingga kebijakan moneter baru.
Namun, bank asal Amerika ini melihat 2023 merupakan tahun terakhir ekonomi dunia akan melambat.
“Karena saat ini kita sudah mendekati akhir siklus, tren untuk variabel-variabel kunci ini bisa berliku-liku sebelum jalur akhirnya jelas. Meskipun fleksibilitas selalu penting untuk keberhasilan investasi, fleksibilitas sangatlah penting saat ini,” ujar Chief Investment Officer dan Chief U.S. Equity Strategist untuk Morgan Stanley Mike Wilson.