Bisnis.com, JAKARTA - CEO dan CTO Indonesia menyatakan siap untuk menggunakan jaringan 5G dengan harapan mendapat kualitas layanan internet yang lebih baik dan mampu membuka peluang kerja sama baru.
Hasil survei bertajuk 5G is Now – "Opening the Gateway to Future Growth and Development" hasil kerja sama Asosiasi IOT Indonesia (Asioti) dengan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) melaporkan bahwa industri yang bergerak di sektor pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, pertambangan, dan infrastruktur digital, membutuhkan teknologi 5G untuk menjalankan bisnis.
Kepala Riset BIIU Dias Rima Sutiono mengatakan berdasarkan hasil survei 95% CEO dan CTO menyatakan siap untuk menerapkan teknologi 5G dan AI.
Para CEO dan CTO ini juga berharap internet 5G akan menghasilkan konektivitas yang lebih baik, memenuhi permintaan pelanggan yang semakin peduli dengan sustainability (keberlanjutan), dan membuka peluang kerja sama baru.
“Selain itu, 40% CEO dan CTO telah melihat sendiri dampak penerapan internet 5G terhadap efisiensi bisnis, dan sekitar 45% menyebutkan bahwa internet 5G dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi di teknologi AI,” kata Dias, Kamis (9/11/2023).
Survei 5G is Now melibatkan 20 CEO & CTO dari 11 industri vertikal. CEO dan CTO dalam survei ini merupakan perwakilan dari berbagai perusahaan dengan kisaran valuasi Rp12,01 triliun hingga Rp319,360 triliun.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa teknologi 5G dan AI menjadi sangat penting bagi sektor logistik, otomotif, kesehatan, dan pertanian.
Keempat sektor industri ini merupakan yang paling membutuhkan konektivitas 5G untuk meningkatkan efisiensi, menerapkan fitur IoT yang canggih, dan melakukan analisis data secara real-time. Para CEO dan CTO yang disurvei juga menekankan perlunya cakupan 5G yang komprehensif di daerah terpencil dan akses internet berkecepatan tinggi.
Perusahaan yang disurvei juga telah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang beragam untuk penerapan, pengoperasian, dan pengelolaan teknologi 5G dan AI. Sebagian besar mengalokasikan anggaran hingga 40% untuk implementasi dan operasional, sedangkan beberapa perusahaan lainnya mengalokasikan lebih dari 40%.
Para CEO dan CTO telah menyadari bahwa teknologi 5G dan kecerdasan buatan memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis. Mereka meyakini bahwa kedua teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi bisnis, membantu pengambilan keputusan dan penerapan otomatisasi dengan cerdas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan.
Mereka juga memprediksi 5G akan menjadi platform yang bermanfaat untuk memfasilitasi inovasi di masa depan.
Untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang 5G dan AI, forum diskusi ini menghadirkan beberapa rekomendasi. Hal ini termasuk mempercepat alokasi frekuensi, menyediakan private network untuk daerah terpencil, menetapkan peraturan keamanan data, dan mendorong transparansi data.
“Pada dasarnya, survei kami menunjukkan kesiapan industri Indonesia untuk mulai menerapkan teknologi 5G dan AI. Namun, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya, kompatibilitas teknologi, dan kesenjangan keterampilan,” ujar Dias.