Bisnis.com, JAKARTA - Elon Musk, taipan asal Amerika Serikat, menilai bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat menimbulkan ancaman terbesar bagi masyarakat. Hal ini juga disampaikan oleh delegasi seluruh global saat acara KTT Keamanan AI Inggris di Buckinghamshire.
Dikutip dari reuters, Kamis (2/11/2023), acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 1-2 November 2023 untuk membahas risiko yang ditimbulkan oleh AI, dengan tujuan membangun konsensus internasional mengenai pembangunan yang aman.
Musk mengatakan yakin risiko eksistensial AI karena manusia untuk pertama kalinya dihadapkan pada sesuatu yang jauh lebih cerdas.
“Tidak jelas bagi saya apakah kita bisa mengendalikan hal seperti itu, tetapi saya pikir kita bisa mengarahkannya ke arah yang bermanfaat bagi kemanusiaan,” kata Musk, dikutip dari dailymail, Kamis (2/11/2023).
Dia menambahkan satu risiko eksistensial yang dihadapi dan berpotensi menjadi risiko yang paling mendesak jika melihat skala waktu dan tingkat kemajuan.
Oleh karena itu, Musk memuji Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak karena telah menyelenggarakan KTT Keamanan AI Inggris di Buckinghamshire dengan tepat waktu.
Rishi Sunak mengadakan pertemuan puncak selama dua hari di Bletchley Park, rumah bagi para pahlawan pemecah kode Perang Dunia Kedua, dalam upaya untuk menunjukkan bahwa Inggris dapat memimpin dunia dalam mengatur kecerdasan buatan.
Tak hanya Rishi, Menteri Teknologi Michelle Donelan mengumumkan ada 28 negara yang hadir telah menandatangani perjanjian untuk bekerja sama melindungi terhadap ancaman AI yang dijuluki Deklarasi Bletchley dalam kudeta politik di Inggris.
Namun, pada pertemuan KTT di Inggris dinyatakan semua pihak yang terlibat sepakat bahwa teknologi tersebut memberikan potensi bahaya serius hingga bencana, baik disengaja atau tidak disengaja.
Mantan pemimpin Partai Demokrat Lib Sir Nick Clegg, yang kini menjadi presiden urusan global di Meta, pemilik Facebook, Instagram, dan WhatsApp, mengatakan risiko AI terhadap umat manusia dilebih-lebihkan.
"Banyak orang di industri teknologi setuju dengan pendapatnya dan mendesak pemerintah untuk tidak melakukan kelolaan mikro terhadap perusahaan teknologi melalui undang-undang," kata Nick, dikutip dari dailymail, Kamis (2/11/2023).
Nick juga mempertandingkan kekhawatiran ini
akan membahayakan AI dengan kepanikan moral terhadap video game di tahun 1980-an.
Bentrokan antara dua raksasa teknologi ini terjadi di tengah perdebatan yang lebih luas mengenai AI dalam industri mengenai apakah akan memprioritaskan keselamatan atau mengembangkan produk baru yang menguntungkan.
Lebih dari 1.000 pimpinan teknologi, pakar dan akademisi menandatangani surat terbuka awal tahun ini yang memperingatkan perlombaan senjata yang berbahaya untuk menciptakan model paling canggih.
Pada saat berpidato Raja Charles melalui pesan video pun memuji AI sebagai hal yang tidak kalah pentingnya dengan penemuan api.
Dia juga mengatakan tugas para delegasi adalah melindungi penghidupan masyarakat dan mengamankan demokrasi kita dari risiko signifikan yang ditimbulkannya.
Maka dengan adanya pertemuan ini membahas terkait teknologi yang semakin canggih pada akhirnya dapat membujuk manusia untuk menyerahkan kendali, sehingga berpotensi menimbulkan konsekuensi bencana dan permanen. (Afaani Fajrianti)