Bisnis.com, JAKARTA - Center of Economics and Law Studies (Celios) mengungkapkan bisnis e-commerce masih memiliki prospek yang cerah dalam jangka waktu yang panjang, yang membuat perusahaan teknologi raksasa seperti YouTube, Instagram hingga TikTok berlomba-lomba untuk menjadi penguasa.
Direktur Ekonomi Digital Celios Nailul Huda mengatakan hal ini dikarenakan banyaknya generasi muda yang di Indonesia yang melek teknologi. Alhasil, kegiatan sehari-hari pasti akan dilakukan dengan bantuan teknologi, termasuk berbelanja.
“50% lebih penduduk kita merupakan gen Z dan gen milenial. Itu akan berpengaruh kepada habit berbelanja di masa depan,” ujar Huda kepada Bisnis, Jumat (27/10/2023).
Sebagai informasi, dikutip dari Data Indonesia pada 2022, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 10-44 tahun adalah sebesar 154 juta orang.
Padahal, jumlah masyarakat Indonesia hanyalah 273,88 orang. Artinya, jumlah generasi milenial dan z di Indonesia mencapai 56,4% dari keseluruhan penduduk.
Lebih lanjut, Huda juga mengungkapkan dari jumlah masyarakat yang begitu besar, pengguna internet di Indonesia juga kian banyak dari tahun ke tahun.
“Walaupun peningkatannya akan melandai, tetapi hasil yang sudah didapatkan sangat besar. Saya masih melihat potensi ke depannya cukup besar,” ujar Huda.
Diketahui, berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023.
Adapun jumlah tersebut meningkat 2,67% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 210.03 juta pengguna.
Kendati demikian, Huda mengaku angka yang belum mendekati 100% ini dikarenakan masih banyak ditemukan blind spot di daerah luar Jabodetabek.
Diketahui berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sekitar 12.548 desa dan kelurahan di Indonesia belum mendapatkan sinyal. Adapun blank spot tersebut tidak hanya di wilayah-wilayah 3T (terluar, terpencil, dan terdepan), melainkan juga ada di sejumlah daerah komersil.
Kemudian, Huda mengungkapkan e-commerce saat ini juga dihantui oleh kemampuan sumber daya manusia yang terbatas dan penggunaan platform untuk aktivitas ekonomi yang belum optimal.
Sebelumnya dikabarkan TikTok dan Youtube sedang mempertimbangkan pengajuan izin e-commerce di Indonesia.
Tindakan TikTok inipun menyusul Grup Meta melalui perusahaan Meta Internasional EServices, LLC yang sebelumnya telah lebih dahulu mengajukan izin.
Namun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih belum menerima pengajuan perizinan e-commerce dari TikTok ataupun Youtube.
Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kemendag Rifan Ardianto mengatakan saat ini pengajuan baru dilakukan oleh Grup Meta, induk dari media sosial Instagram, Facebook, dan WhatsApp.
“Hingga saat ini kami belum menerima pengajuan permohonan perizinan e-commerce dari keduanya,” ujar Rifan.