Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas organisasi dunia mengaku kesulitan dalam mengamankan data perusahaan. Terdapat sejumlah faktor yang membuat proses menjaga data menjadi lebih sulit.
Section Head Hybrid Data Management Multipolar Technology Deny Sutani mengatakan lalu lintas data di perusahaan mengalir dengan banyak dan cepat. Data tersebut dipegang oleh banyak orang, yang menandakan celah keamanan makin besar.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu lubang dalam kebocoran data karena SDM kerap menggunakan password yang lemah atau bertindak semaunya.
Data IBM, lanjut Deny, menyebut 70 persen organsasi di dunia merasa kesulitan dalam mengamankan data. Organsasi dunia membutuhkan mitra yang dapat membantu dalam mencari data kritis yang harus dijaga.
“Sering kali kita hanya dapat laporan data kita sudah bagus, sudah banyak, tetapi kita tidak tahu data kita ada di mana saja? oleh siapa saja? yang berkepentingan atau tidak? organisasi mengalami kesulitan di sana,” kata Deny, dalam acara Digital Transformation Forum for Public Sector yang diadakan Bisnis Indonesia, Selasa (17/10/2023).
Lebih lanjut, kata Deny, organisasi juga kesulitan dalam melakukan penilaian terhadap keamanan lingkungan perusahaan. Organisasi khawatir terdapat celah yang berpotensi mengganggu jalannya bisnis perusahaan.
Perusahaan-perusahaan juga menaruh perhatian terhadap kepatuhan regulasi perlindungan data pribadi yang terus berubah dan makin ketat. Dengan makin banyak peraturan, mereka kesulitan untuk memenuhi kepatuhan tersebut.
Keresahan terakhir perusahaan adalah bagaimana mengotomatisasi seluruh proses data untuk menghindari kebocoran data.
“Laporan IBM mengungkapkan butuh 277 hari bagi perusahaan untuk menyadari bahwa mereka mengalami data breach,” kata Deny.
Deny menuturkan untuk mengatasi hal tersebut IBM memiliki solusi IBM Guardium. Solusi tersebut dapat membantu perusahaan dalam menentukan data mana yang prioritas untuk diamankan.
Director Account Management Telco & Public Sector Multipolar Technology Yugi Edison mengatakan keamanan data menjadi hal yang penting seiring dengan aktivitas masyarakat yang sudah makin digital.
"Tentu penting untuk monitoring, pencegahan dan mitigasi, itu yang menjadi fokus utama," kata Yugi.
Sementara itu, Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN Tedi Bharata mengatakan kesadaran keamanan data ini menjadi makin penting di tengah transformasi digital yang sedang berkembang pesat.
Menurut Indra, hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak peka pada keamanan data dapat berimbas pada kerugian perusahaan.
Sebagai informasi, diberitakan sebelumnya bahwa perkembangan digital kerap tidak berbanding lurus dengan meningkatnya literasi digital.
Dikutip dari data Statista, dari rentang angka 0 hingga 5, angka literasi digital Indonesia, terkhusus keamanan digital baru di angka 3,12.
Alhasil, banyak para peretas yang juga memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat pada teknologi, termasuk para pegawai perusahaan.
Berdasarkan data dari McKinsey, ada lima trik rekayasa sosial ataupun penipuan siber yang biasa digunakan oleh para penjahat siber untuk menyerang perusahaan.
Mulai dari mengaku sebagai petugas teknis, penipuan via web, hingga pembajakan.