Pengiriman Smartphone 5G ke RI Turun Imbas Lambatnya Penggelaran Infrastruktur

Crysania Suhartanto, Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 8 September 2023 | 13:00 WIB
Pegawai memeriksa ponsel pintar dengan jaringan 5G di salah satu gerai di Jakarta, Rabu (3/5).
Pegawai memeriksa ponsel pintar dengan jaringan 5G di salah satu gerai di Jakarta, Rabu (3/5).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation (IDC), penyedia intelije untuk pasar teknologi informasi, melaporkan bahwa jumlah pengiriman smartphone ke Indonesia mengalami penurunan imbas dari penggelaran infrastruktur 5G di Indonesia yang cenderung berjalan lambat. 

IDC melaporkan pengiriman smartphone 5G turun sebesar 4,3 persen secara tahunan. Ini merupakan kali pertama pengiriman ponsel 5G turun sejak kemunculannya pada 2020. 

Associate Market Analyst di IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan adopsi ponsel 5G berjalan lambat karena adanya tantangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan. 

Pangsa smartphone 5G masih sangat kecil dibandingkan smartphone 4G, disebabkan oleh harga 4G lebih terjangkau dan sering kali memiliki spesifikasi yang jauh lebih baik dengan harga yang serupa.

Selain itu penurunan ponsel 5G juga disebabkan oleh konektivitas 5G yang masih terbatas. 

“Karena konektivitas 5G masih terbatas pada wilayah tertentu saja, fitur 5G belum cukup memberikan daya tarik bagi calon konsumen baru,” kata  Vanessa, dikutip Jumat (8/9/2023). 

Di satu sisi, kata Vanessa, tingkat penetrasi ponsel pintar 5G yang rendah justru menyebabkan perusahaan telekomunikasi tetap berhati-hati dalam investasi 5G, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya dan tingkat pengembalian secara keseluruhan. 

Sementara itu Laporan Opensignal pada Juli 2023, menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan paling bontot perihal ketersediaan 5G. Meski sudah digelar sejak 2 tahun lalu, ketersediaan 5G Indonesia kalah dari negera tetangga Malaysia dan Vietnam. 

Ketersediaan 5G di Indonesia hanya 0,9 persen atau lebih kecil dari Vietnam yang sebesar 2,0 persen dan Malaysia 20,5 persen. Adapun untuk di Asia Tenggara, Singapura masih menjadi juara perihal ketersediaan 5G dengan capaian 30 persen.

Laporan Opensignal juga mengungkapkan bahwa rata-rata kecepatan unduh 5G Indonesia hanya 59,7 Mbps dan menempati urutan kedua paling bawah setelah Peru.  Rata-rata kecepatan unduh 5G Indonesia berada di bawah Thailand (99,7 Mbps), Filipina (136 Mbps) dan Vietnam (217 Mbps). 

Operator seluler Indonesia sendiri tidak tinggal diam dalam menambah jaringan 5G. 

PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) baru saja menambah 7 BTS 5G untuk perhelatan KTT Asean 2023. Pun dengan PT Indosat Tbk. yang juga menghadirkan jaringan 5G di sejumlah titik krusial. 

PT XL Axiata Tbk. dan PT Smartfren Telecom Tbk. masih menahan diri untuk menggenjot ekspansi 5G. 

Sementara itu Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyiapkan lelang spektrum frekuensi 700 MHz, yang harapannya akan digunakan oleh operator seluler untuk teknologi terkini seperti 5G. 

Direktur Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan hal ini tidak terlepas dari dorongan pemerintah pada tren telekomunikasi yang sudah mengarah ke 5G.

Kendati demikian, menurut Usman, sebenarnya penetrasi internet di Indonesia baru mencakup 80 persen dari keseluruhan daerah di Indonesia.  Oleh karena itu, Usman berpendapat di daerah yang sudah tercakup internet, frekuensi baru perlu diisi dengan jaringan 5G.

Sementara untuk di 20 persen wilayah lainnya yang memang masih belum mendapatkan penetrasi 4G, baru boleh frekuensi barunya diisi oleh 4G.

“Kalau daerah-daerah itu baru kita tidak adakan 5G terlebih dahulu,” ujar Usman.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutandi mengatakan sejumlah negara mengimplementasikan 5G di frekuensi rendah 700 MHz. Salah satu keunggulan dari frekuensi rendah tersebut adalah cakupan yang luas. 

Selain itu, 5G juga membutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz secara utuh atau tidak terputus-putus, di mana di 700 MHz saat ini terdapat sekitar 112 MHz sisa dari siaran analog. Dari jumlah tersebut, sebesar 90 MHz akan digunakan untuk layanan seluler.

“(Sementara) saat ini memang tidak ada operator (di Indonesia) yang memiliki (pita frekuensi) 100 MHz secara continue,” ujar Heru kepada Bisnis, Rabu (6/9/2023).

Berdasarkan catatan Bisnis, Kemenkominfo sendiri tiga pita frekuensi untuk pengembangan 5G di Indonesia yaitu low band pada pita frekuensi 700 MHz, middle band pada pita frekuensi 3,5 GHz dan 2,6 GHz, serta high band pada pita frekuensi 26 GHz dan 28 GHz. 

Beberapa operator di negara Finlandia, Jerman, Perancis, Italia, Amerika Serikat, Mesir dan Saudi Arabia dikabarkan telah menggunakan frekuensi ini untuk 5G.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper