Kecepatan Internet Indonesia vs India: 5G jadi Pembeda

Crysania Suhartanto
Jumat, 1 September 2023 | 06:53 WIB
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menempati urutan ke-96 di dunia soal kecepatan internet, dan termasuk yang terbawah di Asia Tenggara. Dengan luas negara sebesar 1,9 juta km, Ookla melaporkan bahwa rata-rata kecepatan unduh internet seluler Indonesia sebesar 24,21 Mbps, sementara itu kecepatan unduh untuk fixed broadband sebesar 27,11 Mbps. 

Di sisi lain,  India, dengan luas daratan 3,28 juta k memiliki kecepatan unduh sebesar 43,76 Mbps untuk seluler dan 53,42 Mbps untuk fixed broadband, yang menandakan bahwa luas daerah tidak selalu menjadi penyebab kualitas internet di suatu wilayah lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. 

Lantas apa yang membuat India nampak lebih cepat dari Indonesia? 

Banyak hal yang mempengaruhi kualitas internet Indonesia dan India di mata global.

Namun, salah satu yang mencolok adalah ketersediaan 5G. Teknologi generasi kelimat diperkenalkan di India pada Juli 2022 dan baru komesialisasi pada Oktober 2022.

Setelah diterapkan di India selama lebih dari empat bulan, 5G memberikan dampak yang luar biasa terhadap kondisi seluler di negara tersebut. 

Kecepatan seluler di India meningkat sebesar 115 persen yang mengantarkan posisi India naik 49 peringkat di Speedtest Global Index™ sejak peluncuran 5G, dari peringkat 118 pada September 2022 menjadi peringkat 69 pada Januari 2023. 

Data Ookla® menunjukkan peningkatan kecepatan LTE untuk Jio dan Airtel sejak peluncuran layanan 5G, seiring dengan seluruh investasi mereka modernisasi jaringan membuahkan hasil.

Kecepatan pengunduhan 5G rata-rata 25 kali lebih cepat dari 4G. Performa 5G telah meningkat di kalangan pengguna awal 5G di sebagian besar kalangan telekomunikasi, Kolkata mencapai median kecepatan unduh 5G tercepat pada Januari 2023 di atas 500 Mbps. 

Jio mengalami kecepatan pengunduhan 5G rata-rata tertinggi sebesar 506,25 Mbps di Kolkata, sementara Airtel sebesar 268,89 Mbps di Delhi.

Ketersediaan 5G meningkat 55 kali lipat. Airtel dan Jio memiliki target ambisius dalam hal peluncuran jaringan 5G. Sejak dimulainya jaringan 5G, Ketersediaan 5G di seluruh perangkat berkemampuan 5G terus meningkat, mencapai 8 persen untuk Airtel dan 5,1 persen untuk Jio.

5G makin berdampak pada lanskap persaingan, di mana pengguna Speedtest® bermigrasi dari Vi, karena operator tersebut tidak menyediakan 5G. 

5G juga menempatkan India di depan beberapa negara G20, seperti Meksiko, Rusia, dan Argentina, serta negara tetangganya: Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, dan Pakistan. India juga menyusul Turki (kecepatan unduh rata-rata 30,98 Mbps/tempat ke-65 dalam Indeks Global Speedtest), Afrika Selatan (34,71 Mbps/tempat ke-58), dan Brasil (35,85 Mbps/tempat ke-57).

Sementara itu menurut laporan Opensignal, meski terbilang baru meluncur, ketersediaan jaringan 5G di India meningkat signifikan hingga mencapai 29,9 persen, hampir mendekati Singapura (30 persen) dan Amerika Serikat (31 persen).  

Tidak hanya itu, 5G di negara tersebut juga sudah menunjukkan adanya peningkatan yang nyata dari teknologi sebelumnya, yakni 4G.  

"Di enam negara, rata-rata kecepatan pengunduhan 5G lebih dari 10 kali kecepatan 4G: India [19,2x], Malaysia [14,4x], Sri Lanka [13,8x], Brasil [13,5x], Kuwait [10,8x], dan Guatemala [10,4x]," demikian dikutip dari laporan tersebut, Kamis (13/7/2023).

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia juga memiliki 5G, namun perkembangannya sangat lambat. Laporan Opensignal terbaru menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan paling bontot perihal ketersediaan 5G. Meski sudah digelar sejak 2 tahun lalu, ketersediaan 5G Indonesia kalah dari negera tetangga Malaysia dan Vietnam. 

Dikutip dari laman itbusiness, Rabu (12/7/2023), OpenSignal ketersediaan 5G di Indonesia hanya 0,9 persen atau lebih kecil dari Vietnam yang sebesar 2,0 persen dan Malaysia 20,5 persen. 

Adapun untuk di Asia Tenggara, Singapura masih menjadi juara perihal ketersediaan 5G dengan capaian 30 persen.

Laporan Opensignal juga mengungkapkan bahwa rata-rata kecepatan unduh 5G Indonesia hanya 59,7 Mbps dan menempati urutan kedua paling bawah setelah Peru. 

Rata-rata kecepatan unduh 5G Indonesia berada di bawah Thailand (99,7 Mbps), Filipina (136 Mbps) dan Vietnam (217 Mbps). 

Teknologi 5G sendiri menjadi salah satu perhatian Kemenkominfo dalam meningkatkan kecepatan internet Indonesia di mata dunia. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berharap nantinya spektrum frekuensi 700 MHz, yang bakal dilelang dalam waktu dekat,  digunakan untuk jaringan 5G, bukan teknologi lain di bawahnya seperti 4G dan 2G. 

Direktur Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan hal ini tidak terlepas dari dorongan pemerintah pada tren telekomunikasi yang sudah mengarah ke 5G.

“Jadi frekuensi 700 MHz ini harus buat 5G, bukan buat 4G ya. Kalau buat 4G ya buat apa, sudah ketinggalan kita,” ujar Usman kepada Bisnis, Kamis (31/8/2023).

Kendati demikian, menurut Usman, sebenarnya penetrasi internet di Indonesia baru mencakup 80 persen dari keseluruhan daerah di Indonesia. 

Oleh karena itu, Usman berpendapat di daerah yang sudah tercakup internet, frekuensi baru harus diisi dengan jaringan 5G. Sementara untuk di 20 persen wilayah lainnya yang memang masih belum mendapatkan penetrasi 4G, baru boleh frekuensi barunya diisi oleh 4G.

“Kalau daerah-daerah itu baru kita tidak adakan 5G terlebih dahulu,” ujar Usman.

Usman mengatakan migrasi jaringan 3G ke jaringan 4G telah membuat internet Indonesia sudah jauh lebih cepat. Oleh karena itu, jika operator sudah mulai migrasi ke jaringan 5G, hal serupa juga akan terjadi.

“Jadi dari 4G ke 5G itu meningkatkan kapasitas internet kita,” ujar Usman. 

Lebih lanjut, Usman mengatakan internet Indonesia akan menjadi lebih cepat lagi ketika lelang spektrum frekuensi 700 MHz terelaisasi. 

Apalagi menurut Usman, spektrum frekuensi yang merupakan bekas dari TV analog ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi jaringan 5G oleh para operator seluler.

Selain itu, Usman mengaku peningkatan kecepatan internet ini juga tidak terlepas dari adanya fixed-mobile convergence (FMC).

“Sekarang ditemukan teknologi kombinasi mobile dan fixed digabung, pasti lebih baik, lebih menambah kecepatan,” ujar Usman.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper