Peluang Unicorn RI Bertambah Masih Terbuka di Tengah Tech Winter

Crysania Suhartanto
Selasa, 5 September 2023 | 22:04 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Target menjadi perusahaan unicorn masih sangat menarik bagi perusahaan rintisan karena masih adanya segmen pasar yang belum tersentuh.

Founding Board Member Nexticorn Fondation David Rimbo mengatakan masih ada sejumlah segmen pasar niche yang memiliki potensi besar. Salah satu contohnya adalah proses belajar mengajar vokasi yang selama ini seakan dipandang sebelah mata, padahal memiliki peminat yang besar.

“Bukan yang formal tetapi yang sifatnya vocational seperti pelatihan, meningkatkan produktivitas, mencapai target market yang selama ini mungkin terpencil itu besar sekali potensinya,” ujar David kepada Bisnis, Selasa (5/9/2023).

David mengakui dunia tengah dilanda musim dingin teknologi (tech winter), yang dapat berdampak pada startup dalam negeri. Namun, dia tetap optimistis hal tersebut tidak akan menyurutkan potensi Indonesia untuk mengembangkan unicorn.

Hal ini dikarenakan Indonesia yang memiliki kondisi makroekonomi yang masih cukup bersaing.

“Pasar kita sangat besar dan ekonomi kita adalah ekonomi yang sehat, yang secara growth per kapita naik terus,” ujar David.

David menambahkan, konsumen dari para perusahaan rintisan juga memiliki angka yang besar sekali. Otomatis hal ini juga menyumbang angka yang cukup fantastis pada total GDP.

Alhasil, menurut David, jika digitalisasi tetap berjalan seperti sekarang ini, mimpi startup akan menjadi unicorn akan benar terlaksana, terlebih saat suku bunga telah kembali turun dan investor mencari investasi yang lebih menguntungkan. 

“Tetapi ya saya sangat yakin ketika kondisi di pendanaan sudah membaik itu [soonicorn jadi unicorn] akan terjadi karena pasar kita besar,” ujar David.

Lebih lanjut, David mengatakan hal-hal negatif seperti PHK dan disinvestasi yang terjadi pada perusahaan raksasa di Indonesia murni disebabkan oleh kinerja buruk dari perusahaan itu sendiri dan tidak ada campur tangan ekonomi global.

 “Jadi stabilitas makro masih baik dan apa yang terjadi saat ini kan di level mikro ya di perusahaan,” ujar David.

Dikutip dari laporan yang dibuat DealStreetAsia Data Vantage, pendanaan ekuitas yang didapatkan dari seluruh perusahaan rintisan di Indonesia hanya sebesar US$327 juta atau sekitar Rp4,9 triliun. 

Angka inipun lebih rendah dari dana yang dikumpulkan oleh Vietnam sejumlah US$413 juta dan Singapura US$1,24 miliar.

Penurunan investasi Indonesia juga menjadi dalang utama terpilihnya Asia Tenggara sebagai wilayah dengan penurunan rata-rata investasi paling tajam di Asia pada kuartal II/2023. 

Diketahui penurunan investasi di Asia Tenggara pada periode tersebut mencapai 58,6 persen. Startup di Asia Tenggara hanya mendapatkan US$2,13 miliar pada kuartal II/2023 menurun dari US$5,13 miliar pada kuartal yang sama di tahun 2022.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper