Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan eSIM disebut-sebut sebagai angin segar bagi industri operator seluler.
Pengamat telekomunikasi dari ITB Ian Yosep mengatakan keberadaan eSIM di Indonesia akan menguntungkan bagi operator seluler.
Ian berpendapat, hal itu dikarenakan dengan adanya eSIM layanan baru atau peningkatan layanan akan meningkat.
“Penomoran bukan hanya dari orang yang memiliki perangkat seluler, tetapi IoT yang secara jumlah akan lebih dominan lebih mudah dan cukup untuk diberikan penomoran,” ujar Ian pada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Selain itu, eSIM juga akan mengurangi pengeluaran biaya dari operator untuk memproduksi kartu fisik.
“Tentu keberadaan eSIM akan efektif jika ada layanan yang memberikan kemudahan dalam inject eSIM, baik migrasi maupun nomor baru,” ujar Ian.
Senada, pengamat Teknologi dan Informasi (ICT) Heru Sutandi juga mengatakan eSIM merupakan terobosan untuk menghemat kartu SIM.
Namun, Heru mengatakan eSIM ini harus disesuaikan dengan aturan dan ketentuan yang ada.
Lebih lanjut, eSIM juga harus memperhatikan hak konsumen untuk berpindah dan memilih operator yang cocok. “Tanpa harus dibuat ribet atau malah kesulitan jika berpindah operator karena menggunakan eSIM,” ujar Heru.
Akan tetapi, Heru juga mengatakan eSIM tidak membuat industri telekomunikasi menjadi tumbuh.
Hal ini dikarenakan industri telekomunikasi yang saat ini sudah relatif jenuh. “Kecuali generasi baru saja yang mungkin akan bertambah atau ada yang berkurang karena ada yang meninggal,” ujar Heru.
Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan regulasi yang mengatur tentang SIM tertanam atau embedded SIM (eSIM) dapat selesai pada akhir 2023.
Adapun saat ini Kemenkominfo sedang menyusun konsep regulasi eSIM yang saat ini dalam pembahasan dengan pemangku kepentingan terkait.