Pangsa Pasar TikTok Diprediksi Sentuh 13,2 persen, Gerus Tokopedia (GOTO) dan Lazada

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 22 Agustus 2023 | 11:09 WIB
Logo aplikasi TikTok ditampilkan di sebuah smartphone./Bloomberg-Brent Lewin
Logo aplikasi TikTok ditampilkan di sebuah smartphone./Bloomberg-Brent Lewin
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Momentum Works, perusahaan riset bermarkas di Singapura, memperkirakan pangsa pasar TikTok Shop di Indonesia akan meningkat pesat pada 2023 menjadi 13,2 persen dari 4,4 persen. Platform asal China itu menggerus pasar Tokopedia (GOTO) dan Lazada.

Dalam laporan terbarunya, Momentum Works memperkirakan akan terjadi pergeseran pangsa pasar pada 2023. Pangsa pasar TikTok Shop akan meningkat 880 basis points (bps) menjadi 13,2 persen. 

TikTok Shop diperkirakan menggerus pasar Tokopedia dari 18,5 persen pada 2022 menjadi 13,9 persen.

Selain Tokopedia, pangsa pasar Lazada juga akan tergerus oleh TikTok Shop dari 20,2 persen menjadi 17,7 persen pada tahun tersebut. Adapun Shopee memiliki pangsa pasar yang tangguh di kisaran 48,5 persen dan tak terpengaruh dengan kehadiran TikTok Shop. 

Momentum Works mengungkapkan pertumbuhan TikTok Shop didorong oleh penambahan fitur video dan live shopping yang membuat transaksi menjadi lebih atraktif.

Selain itu, fitur baru seperti pembayaran digital, yang saat ini sedang dibahas dengan regulator Indonesia, akan menjadi nilai tambah lainnya. 

“Ancaman atau tekanan kompetitif bersifat dinamis dan dapat berubah sangat cepat,” tulis Momentum Works dalam laporannya dikutip, Selasa (22/8/2023). 

Pada 2022, jumlah pengguna TikTok telah mencapai 1 miliar. Induk TikTok, ByteDance, memiliki perhatian untuk memonetisasi jumlah pengguna TikTok yang besar tersebut dan menargetkan pertumbuhan GMV dari US$4,4 miliar menjadi US$15 miliar pada 2023, dengan mengembangkan layanan di sejumlah pasar mereka seperti di Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, China, Inggris, Amerika Serikat dan Arab Saudi. 

Pada Juni 2023, CEO Tiktok Shou Zi Chew menyatakan perusahaan akan menginvestasikan miliaran dolar AS di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara. 

Belum lama ini TikTok juga dikabarkan tengah mengurus perizinan untuk meluncurkan kanal pembayaran, yang ujungnya diperkirakan melahirkan dompet digital seperti ShopeePay dan Gopay. 

Sementara itu cofounder firma riset Cube Asia Simon Torring menilai saat ini masih terlalu dini untuk menaksir potensi Tiktok memenangkan persaingan melawan e-commerce total. Kendati demikian, dia sepakat sepenuhnya bila entitas asal China ini bakal jadi kompetitor berat. 

“Pertumbuhan cepat Tiktok mendatangkan ancaman langsung untuk para petahana penguasa e-commerce Asia Tenggara.” 

Potensi ancaman Tiktok, menurutnya, tergambar dari waktu konsumsi rata-rata masyarakat terhadap Tiktok. 

Riset Data.ai pada 2022 menaksir bahwa rata-rata pengguna mengakses aplikasi Tiktok hingga 28,7 jam per bulan. Bukan saja naik dari rata-rata 22,8 juta jam setahun sebelumnya, waktu akses tersebut juga jauh lebih dominan dibanding media sosial lain. 

Sebagai ilustrasi, Facebook dan Instagram diakses rata-rata 15,5 jam dan 7,8 jam per bulan oleh para penggunanya.

Indonesia, di sisi lain, merupakan kontributor pemakai Tiktok terbesar kedua setelah AS. Sebagai konteks, di Asia Tenggara Tiktok punya 135 juta pengguna per Mei 2023. Dari jumlah tersebut, 113 juta di antaranya diperkirakan berasal dari Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper