Bisnis.com, JAKARTA - Tulang paus yang hidup 39 juta tahun lalu ditemukan dan ilmuwan menganggapnya sebagai hewan paling masif sepanjang masa.
Paus raksasa dari keluarga Perucetus vertebrata yang baru ditemukan itu, kerangka tulangnya memiliki berat dua hingga tiga kali lipat dari kerangka paus biru.
Seperti diketahui, paus biru (Balaenoptera musculus) telah lama dianggap sebagai hewan terberat yang pernah hidup di Bumi.
Baca Juga Potongan 'Emas Terapung' Senilai Rp8,2 Miliar Ditemukan di Tubuh Paus Sperma Mati Terdampar |
---|
"Kami menggunakan fraksi kerangka untuk memperkirakan massa tubuh P. colossus, yang terbukti menjadi penantang gelar hewan terberat yang pernah tercatat," tulis tim yang dipimpin ahli paleontologi Giovanni Bianucci dari University of Pisa di Italia dilansir dari Science Alert.
"Massa puncak Cetacea telah dicapai sekitar 30 juta tahun sebelum diasumsikan sebelumnya, dalam konteks pesisir di mana produktivitas primer sangat tinggi." tambahnya.
Ukurannya telah diperkirakan dari sejumlah tulang yang ditemukan dari Peru Selatan. Adapun kerangka yang ditemukan yakni 13 tulang belakang, empat tulang rusuk, dan sebagian tulang pinggul.
Baca Juga Ikan Hiu Paus Mati Terdampar di Lumajang |
---|
Perucetus sendiri termasuk dalam kelompok cetacea akuatik pertama yang dikenal sebagai basilosaurids. Sebuah studi menunjukkan bahwa spesimen itu belum tumbuh sepenuhnya.
Berdasarkan perbandingan dengan paus yang diketahui, Bianucci dan timnya menghitung ukuran P. colossus, dan memperkirakan massa tubuhnya antara 85 dan 340 ton.
Dibandingkan dengan paus biru terbesar yang pernah diukur memiliki berat 199 ton.
Tulang Perucetus juga menunjukkan tingkat penebalan dan densifikasi yang tinggi, dimana fitur yang sering terlihat pada mamalia laut untuk menyediakan pemberat alami, memungkinkan mereka memiliki paru-paru yang lebih besar.
Ilmuwan mengungkapkan jika penyebab masifnya P. colossus, karena dia hidup, di tengah Eosen, dimana waktu yang sangat kaya akan jenis makanan yang mungkin dimakan paus tersebut.
Sehingga memungkinkannya tumbuh begitu besar. Para peneliti percaya bahwa paus itu relatif lambat, lebih menyukai habitat pesisir, dan tinggal di dekat dasar laut di perairan dangkal.
Perubahan ekologi lautan kemudian akan melihat penurunan selanjutnya dari P. colossus.
“Rekor baru ini mendukung hipotesis bahwa basilosaurid terspesialisasi ke habitat pesisir selama akhir Eosen,” tulis para peneliti.
Peneliti juga mencatat penurunan besar berikutnya dalam produktivitas lingkungan ini mungkin berdampak istimewa pada paus ini, memberi jalan bagi kerabat mereka.
Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature.