Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan atau startup dinilai bakal makin sulit dalam mengembangkan aplikasi super (super apps) di tengah musim dingin teknologi.
Pengembangan super app, yang didalamnya terdapat banyak layanan, butuh dana besar agar dapat menghadirkan fitur-fitur yang relevan, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Konsultan dan Penasehat Ahli dari Komunitas AC Ventures Harumi Supit mengatakan perusahaan rintisan saat ini dalam kondisi yang makin menatang.
Banyak penyokong dana yang sudah menarik pendanaannya yang kemudian berdampak pada langkah perusahaan untuk ekspansi dan berkembang, termasuk mengembangkan super aplikasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pasar membutuhkan super aplikasi yang belum pernah ada sebelumnya.
“Untuk mengembangkan super apps sudah makin sulit dikarenakan banyaknya superapp yang sudah ada, sehingga butuh dana dan tenaga lebih untuk merebut pasar,” ujar Harumi kepada Bisnis, Rabu (2/8/2023).
Diketahui, pendanaan untuk perusahaan rintisan di kawasan Asia Tenggara tercatat turun 56 persen pada semester I/2023. Deal Street Asia dalam laporannya menyebut, startup di wilayah ini mendapatkan 403 kesepakatan pendanaan ekuitas dengan total hasil US$4,2 miliar pada semester I/2023.
Sementara itu, Indonesia tengah menghadapi penurunan volume kesepakatan yang konsisten selama empat kuartal terakhir.
Pada kuartal II/2023, Indonesia mencatat volume transaksi kuartalan terendah sejak kuartal IV/2020. Sebelumnya, Indonesia disalip Thailand dalam nilai kesepakatan selama kuartal I/2023, Indonesia kembali disalip oleh Vietnam pada kuartal II/2023.
Harumi juga berpendapat di tengah musim dingin teknologi, tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat adalah hal penting bagi startup untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
Startup berlomba-lomba menghadirkan aplikasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat.
“Jika kurang bermanfaat, maka konsumen dengan cepat akan bergeser (ke superapps lainnya),” ujar Harumi.